KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama Islam” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Agama Maskuri, S.Ag.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan
data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan
Agama Islam, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Agama
Islam, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah
Pancasila atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada
rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan
kita mengenai Agama Islam , Klasifikasi Agama, dan hubungan agama dengan IPTEK
khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
Cirebon, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................................... 2
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 3
1.2
Perumusan Masalah.............................................................................................................. 3
1.3
Tujuan................................................................................................................................... 3
1.4
Manfaat................................................................................................................................ 3
1.5
Ruang Lingkup..................................................................................................................... 4
BAB II Metode Penulisan
2.1
Objek Penulisan.................................................................................................................... 5
2.2
Dasar Pemilihan Objek......................................................................................................... 5
2.3
Metode Pengumpulan Data.................................................................................................. 5
2.4
Metode Analisis.................................................................................................................... 5
BAB III Analisis Permasalahan
3.1
Arti dan Ruang Lingkup Agama Islam................................................................................ 6
3.2
Klasifikasi Agama Islam....................................................................................................... 7
3.3
Islam dan IPTEK.................................................................................................................. 9
BAB IV Penutup
4.1
Kesimpulan........................................................................................................................... 19
4.2
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai agama yang telah disempuranakan dari
agama – agama sebelumnya. Islam membawa perubahan untuk umat manusia sehingga
Allah menganjurkan umat-Nya untuk memeluk agama Islam sebagai pedoman hidupnya.
Sebagai umat Islam kita harus memahami makna agama Islam yang sebenarnya. Allah
menganjurkan untuk kita belajar agama islam dengan sebenar – benarnya. Selain
memahami apa itu Islam kita akan membahas mengenai klasifikasi agama dan agama
Islam. Serta bagaiman peran islam terhadap perkembangan IPTEK. Juga peran islam
dalam perkembangan IPTEK. Islam di sini bersifat fleksibel dalam mengatur
kehidupan manusia yang terus berkembang pesat, sehingga semua aturan yang ada
di kehidupan ini telah di atur dalam kitab suci Al- Qur’an. Islam tidak
melarang pemeluknya mengikuti pekembangan IPTEK, namun islam tetap mengarahkan
pemeluknya agar berada di ruang lingkup agama islam dan koridor – koridornya
sehingga pemeluknya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan
memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa
rumusan masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Bagaimana Arti dan Ruang Lingkup Agama Islam?
2. Apa Klasifikasi Agama dan Agama Islam?
3. Bagaimana persepektif Islam terhadap Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi?
4. Bagaimana peran Islam dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara
lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Arti dan
Ruang Lingkup Agama Islam.
3. Untuk mengetahui tentang Klasifikasi Agama dan
Agama Islam.
4. Untuk mengetahui bagaimana perspektif Islam
terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
5. Untuk mengetahui peran Islam dalam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
1.4 Manfaat
Manfaat
yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang
Agama Islam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Agama dan
Ruang Lingkupnya serta Klasifikasi Agama dan Agama Islam.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
perspektif Islam terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui peran Islam dalam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
1.5 Ruang Lingkup
Makalah ini membahas mengenai Agama Islam,
arti dan ruang lingkupnya, dan klasifikasi agama dan agama islam. Serta membahas
mengenai bagaiman perspektif juga peran Islam dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi
tersebut, makalah ini difokuskan pada arti agama dan peranannya terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi
.
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Objek Penulisan
Objek penulisan makalah ini adalah mengenai
Agama Islam, ruang lingkupnya, beserta klasifikasi agama. Dalam makalah ini
dibahas mengenai agama islam, dan bagaimana perspektif Islam terhadap
perkembangan IPTEK, serta peran Islam tdalam perkembangan IPTEK.
2.2 Dasar Pemilihan Objek
Makalah
ini membahas mengenai arti dan ruang lingkup agama islam. Agama
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah
telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula
Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai
agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang
diterima selain Islam.
2.3 Metode Pengumpulan
Data
Dalam pembuatan makalah ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka terhadap bahan-bahan
kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam makalah ini
yaitu dengan tema wawasan kebangsaan. Sebagai referensi juga diperoleh dari
situs web internet yang membahas mengenai Agama Islam beserta ruang lingkupnya.
2.4 Metode Analisis
Penyusunan
makalah ini berdasarkan metode deskriptif analistis, yaitu mengidentifikasi
permasalahan berdasarkan fakta dan data yanag ada, menganalisis permasalahan
berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya, serta mencari alternatif
pemecahan masalah
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN
3.1 Arti dan Ruang Lingkup Agama Islam
3.1.1 Pengertian Agama Islam
Secara bahasa, kata agama berasal dari
bahasa sanskerta yang berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun
temurun. Menurut Abu Ahmadi, agama menurut bahasa ada 2 arti, yaitu:
Agama berasal dari bahasa sanskerta yang
diartikan dengan haluan, peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan. Agama
terdiri dari 2 kata yaitu A berarti
tidak, dan Gama berarti kacau balau,
tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.
Sedangkan kata Islam berarti kedamaian,
kesejahteraan, keselamatan, ketaatan, dan kepatuhan.
Secara istilah agama berarti
undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia
dengan alam yang teratur dan damai. Islam sebagai agama wahyu yang memberi
bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya. Sebagai
agama wahyu terakhir, agama islam merupakan satu sistem akidah dan syari’ah
serta akhlak yang mengatur hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai
hubungan.
3.1.2 Ruang Lingkup Agama Islam
Ruang lingkup agama islam lebih luas dari pada
agama nasrani. Agama islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia
dalam masyarakat termasuk dengan diri manusia itu sendiri, tetapi juga dengan
alam sekitarnya yang terkenal dengan istilah lingkungan hidup. Menurut Wilfred Cantwell
Smith, dibandingkan dengan agama lain, agama islam adalah ´sui generis yaitu
sesuai dengan wataknya, mempunyai corak dan sifat sendiri dalam jensinya. Diantara
perbedaannya dengan agama lain yaitu:
- Agama lain namanya dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu, sedangkan nama agama yang di bawa Nabi Muhammad tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikannya atau nama tempat mula-mula agama itu tumbuh dan berkembang.
- Islam mengandung makna damai, sejahtera, selamat, penyerahan diri, taat, patuh dan menerima kehendak Allah.
Ada 3 persoalan pokok dalam
sebuah agama, diantaranya:
- Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
- Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
- Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.
Unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah agama diantaranya:
- Adanya keyakinan pada yang gaib
- Adanya kitab suci sebagai pedoman
- Adanya Rasul pembawanya
- Adanya ajaran yang bisa dipatuhi
- Adanya upacara ibadah yang standar.
Agama sebagai fitrah manusia melahirkan
keyakinan bahwa agama adalah satu-satunya cara pemenuhan kebutuhan. Posisi ini
tidak dapat digantikan dengan yang lain.
3.2 Klasifikasi Agama dan Agama Islam
Cukup banyak
agama yang ada di dunia ini, sekedar menyebut contoh agama Sinto, Kong Hu Cu,
Bahai, Budha, Katolik, Protestan, Hindu, Islam dan lain-lainnya.
Namun dari sekian
banyak agama ini oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua golongan
(berdasar tolok ukur tertentu). Salah satu tolok ukur yang dapat dipergunakan
adalah asal (sumber) ajaran agama. Menurut sumber ajaran suatu agama,
agama-agama tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Agama Wahyu (revealed religion)
Agama Wahyu juga
disebut agama samawi, agama langit. Agama wahyu adalah agama yang ajarannya
diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada ummat manusia melalui Rasul-Nya. Adapun
cirri-cirinya sebagai berikut :
- Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya.
- Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya denganberbagaicaradan dan upaya.
- Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap.
- Sistem merasa dan berfikirnya tidak inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya system merasa dan berfikir mengabdikan diri kepada agama.
- Ajarannya serba tetap,tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan perubahan akal.
- Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak.
- Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata dalam perjalanan ilmu satu demi satu terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib dapat diterima oleh akal.
- Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan hakekat kemanusiaan.
- Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna) yang bersih dari dosa.
2. Agama Ra'yu (cultural religion/natural
religion)
Agama Ra’yu juga
disebut Agama Ardhi, Agama Bumi, kadang disebut agama Budaya Dan Agama Alam.
Agama ra'yu adalah agama yang ajaran-ajarannya diciptakan oleh manusia sendiri,
tidak diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya.
Adapun cirri-cirinya
sebagai berikut :
- Agama ra'yu tidak dapat dipastikan kelahirannya.
- Tidak mengenai utusan atau Rasul Allah. Yang mengajarkan agama budaya adalah filsof atau pendiri agama tersebut.
- Tidak memiliki kitab suci. Sekalipun memiliki kitab suci.
- Sistem merasa dan berfikirnya inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan.
- Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang menganut, atau oleh filosofnya.
- Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi monoteisme nisbi.
- Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata satu satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh akal (Sidi Ghazalba:1975:49-53).
- Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya.
- Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72)
Adapun Perbedaan
dari kedua jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of
the World sebagai berikut :
- Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak demikian.
- Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.
- Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.
- Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di luar itu.
- Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.
- Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan wahyu agama misionari.
- Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis.
- Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.
Yang dimasukkan oleh
para ahli ke dalam kelompok agama budaya contohnya adalah agama Kong Hu Cu,
agama Budha yang lahir dari pemikiran pendirinya dan agama Hindu; sedang yang
tergolong ke dalam agama wahyu adalah agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Namun,
di antara ketiga agama wahyu ini terdapat perbedaan. Kalau tolok ukur di atas
diterapkan kepada ketiga agama wahyu, maka menurut para ahli pula, tidak semua
tolok ukur di atas dapat diterapkan kepada agama Yahudi dan Nasrani.
Mengenai kitab
sucinya, sebagai contoh dapat dibuktikan oleh para ahli bahwa Taurat dan Injil
telah mengalami perubahan, tidak asli lagi memuat wahyu yang disampaikan oleh
malaikat (Jibril) dahulu kepada Musa dan Isa sebagai Rasul-Nya. Menurut
Profesor Charles Adams, seorang ilmuwan, pendeta agama (Kristen) Protestan
(1971) kitab suci yang masih asli memuat wahyu Tuhan hanyalah Al-Qur'an. Selain
dari itu, sifat ajaran agama Yahudi adalah local, khusus bagi orang Yahudi saja
tidak untuk manusia lain. Tentang agama Nasrani dapat dikemukakan bahwa konsep
ketuhanannya bukanlah monoteisme murni tetapi monoteisme nisbi.
Menurut ajaran
(akidah) agama Nasrani, Tuhan memang satu tetapi terdiri dari tiga oknum yakni
Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Qudus. Ketiganya disebut trinitas atau
tritunggal, kesatuan tiga pribadi. Selain dari itu, menurut Maurice Bucaile,
ada hal-hal dalam kitab suci agama Nasrani yang bertantangan dengan sains
modern.
Bagaimana dengan
wahyu terakhir, yaitu agama Islam? Kalau kesembilan tolok ukur tersebut di atas
ditetapkan kepada agama Islam hasilnya adalah sebagai berikut:
- Kelahiran agama Islam adalah pasti yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
- Disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan atau Rasulullah.
- Memilki kitab suci yaitu Al-Qur'an yang memuat asli semua wahyu yang diterima oleh Rasul-Nya.
- Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar. Ajaran Islam berlaku abadi tidak berubah dan tidak boleh dirubah.
- Konsep ketuhanan Islam adalah tauhid, monotiesme murni, Allah adalah Esa, Esa dalam zat, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
- Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh umat manusia di manapun dia berada.
- Nilai-nilai terutama nilai etika dan estetika yang ditentukan oleh agama Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanusiaan.
- Soal-soal alam semesta yang disebutkan dalam agama Islam yang dahulu diterima dengan keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.
- Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan terbentuklah insan kamil yaitu manusia yang sempurna.
Dari uraian tersebut
di atas dan dari ciri-ciri agama wahyu yang disebutkan di muka, dapatlah
disimpulkan bahwa pada agama Islamlah kita temui ciri-ciri agama wahyu yang
lengkap. Oleh karena itu pula dapatlah secara pasti kita katakan bahwa agama
Islam, bukan hanya agama yang benar, tetapi juga agama yang sempurna (Haron
Din, 1990:278-281).
3.3 Islam dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)
3.3.1 Persepektif
dan Peran Islam dalam Perkembangan IPTEK
A. Pengertian IPTEK
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami,
mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu
segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Ilmu
adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki
arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan pengumpulan
fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan
sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan
yang ilmiah. Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat
penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang
dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science.
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar
untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat
dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk
memenuhi suatu tujuan. Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang
merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara
menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan
proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
terpenuhinya suatu tujuan
B. Persepektif
Islam Tentang Iptek
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi
dunia kini telah dikuasai peradaban Barat, kesejahteraan dan kemakmuran
material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak
orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa diseleksi terlebih
dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau krisis
multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk
teknologi baik dimasa lampau, sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum
asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai
peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil
yang tegas dan pasti, karena Islam bukan agama yang sempit. Adapun
peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi
canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah
lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau
anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang
diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan
mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang bermanfaat manakala manusia
menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan
malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan
semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek,
tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori
pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang
teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.
1. Ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam al-Qur`an
Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator,
maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang
mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati
fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki,
diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal
fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an memuat segala informasi yang
dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan
tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah
mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap
segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan
keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.
Sebagaimana firman Allah berikut ini:
قُلِ انْظُرُوا
مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Artinya: “Katakanlah (Muhammad):
lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa
yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيْرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya telah
berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)
وَفِي
أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka
apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)
Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang
memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan
mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur`an Sebagai Produk
Wujud Iptek Allah
Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur
riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar.
Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran
hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan
naql.
Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam
semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu
dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki
alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat
yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah
akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika
menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an
atau teknologi yang Qur’anik.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung
tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh
manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan
akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas
terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20 yang artinya: ”Maka apakah mereka
tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”
Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di
lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan
pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang
berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah
dasar-dasar sains. Seperti yang tercantum dalam QS. Az Zariyat ayat 49, yang artinya:
”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamumengingat
kebesaran Allah”.
Juga dalam QS. Yasin ayat 36, yang artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.
(QS. Yasin: 36)
Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah
SWT menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan, seperti ada siang dan malam,
positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya
pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion
(ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki
tenaga di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk
melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya
belum terungkap menjadi terungkap.
b. Al-Quran Sebagai
Prediktor
Beberapa ayat Al Quran menyatakan
ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa
yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh
sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia
secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui
sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:
ظَهَرَ الْفَسَادَ
فِي اْلبَرِّّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)
Artinya: "Yusuf berkata:
"Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa
yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali
sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
(QS. Yusuf: 47-48)
c. Al-Qur`an Sebagai Sumber
Motivasi
Al Quran mendorong atau memberi motivasi
kepada manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi,
perhatikan firman Allah berikut ini:
Artinya Hai sekumpulan Jin dan
Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan
(sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan
firman berikut ini:
أَوَلَمْ يَرَوْا
إِلَى اْلأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
Artinya: Dan apakah
mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu
pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik
(QS. As Syu’ara:
7)
Islam tidak melarang untuk memikirkan
masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi
pemikiran manusia genius, profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap
permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Al-Quran dan Simplikasi
(Penyederhanaan)
Alam semesta ini membentuk struktur yang
sangat teratur, dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini
lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait
ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan
lain-lain). Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili
peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak
perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa
high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan
dapat diraih.
Perhatikan firman Allah berikut ini:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ اْلأَرْضِ مِمَّا
يَأْكُلُ النَّاسُ وَاْلأَنْعَامُ حَتىَّ إِذَا أَخَذَتِ اْلأَرْضُ زُخْرُفَهَا
وَازَيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنْهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَيْهَا أَتَاهَا
أَمْرُنَا لَيْلاً أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيْدًا كَأَنْ لَّمْ تَغْنَ
بِاْلأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan
dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi,
di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi
itu telah Sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan
pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba
datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan
(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum
pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan
(kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)
e. Al-Quran Sumber Etika
Pengembangan Iptek
Pada teknologi harus terkandung muatan
etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh
pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama
manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi
teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan
teknologi merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan
FirmanNya:
وَابْتَغِ فِيْمَا آَتَاكَ اللهُ الدَّارَ
اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ
اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ اْلفَسَادَ فِي اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ
الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Demikian pula sains dan teknologi modern
(Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode
dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan
masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata
digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan
militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras
manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam
sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga
segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi.
Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru
seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk meningkatkan kualitas-kualitas
spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan
dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa
jagad raya ini.
Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan
teknologi yang pesat diawali dengan penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada
Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan
perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa
diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia berperan sebagai
tuhan. Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya
untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.
2. Perintah
mempelajari Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Islam agama yang syamil, kamil dan
mutakamil (menyeluruh, sempurna dan menyempurnakan). Islam tidak hanya mengatur
perihal ibadah vertikal saja, namun seluruh aspek kehidupan, termasuk diantaranya
mempelajari Iptek.
Al-Qur`an diturunkan Allah SWT kepada
Rasulullah tidak hanya memerintahkan untuk sekedar dibaca, sesuai dengan wahyu
yang pertama diturunkan, tetapi mengandung maksud lebih dari itu yaitu
menghendaki seluruh umatnya membaca, menggali, mendalami, meneliti apa saja
yang ada di alam semesta ini dan mengambil manfaat untuk kehidupan manusia
dengan mengetahui ciri-ciri sesuatu seperti: bencana alam, tanda-tanda zaman,
sejarah, diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga dapat
menghadapi tantangan dan menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern yang
diterapkan dalam segala aspek kehidupan.
Proses kehidupan manusia itu selalu
mengalami perkembangan yang pesat dari awal terbentuknya manusia, bayi,
anak-anak, remaja, dewasa sampai tua dan alam semesta ini dibuat Allah tidak
sia-sia, tetapi ada hikmah didalamnya agar manusia dapat mempelajari iptek,
sesuai dalam QS. 3: 190-191 yang memiliki arti “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang yang berakal yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari
siksa neraka”. Dalam ayat ini mengandung maksud perintah untuk mempelajari
iptek karena manusia telah dipilih sebagai makhluk yang memiliki kemampuan dan
derajat tinggi, antara lain :
a. Manusia
diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran dengan membaca, belajar dan
meneliti alam semesta
b. Manusia
dijadikan khalifah di muka bumi, dibuktikan dengan Allah SWT memilih nabi Adam
sebagai pemimpin dibandingkan makhluk yang lain
c. Manusia
memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan dirinya
memiliki derajat tinggi dunia akhirat
d. Manusia
diperintahkan menjadi profesional terhadap bidang ilmu yang dimiliki.
3.3.2 Peran Islam dalam Perkembangan IPTEK
Peran Islam dalam perkembangan Iptek
sitidaknya ada dua yaitu:
Pertama, menjadikan Aqidah
Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya
dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma
Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti
menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan
menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan
dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan
iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek,
jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek
telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.[4]
Hal hal yang berkaitan peran Islam dalam
perkembangan IPTEK
1. Paradigma
Hubungan Agama-Iptek
Perkembangan iptek, adalah hasil dari
segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam, yaitu
agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk mengatur
hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan
manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian),
dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan
uqubat/sistem pidana. Bagaimana hubungan agama dan iptek? Secara garis
besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya,
terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang
memandang agama dan iptek adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi
sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-dinan
al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan
umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan
mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara
ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis
(berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan
dengan cara menerapkan pengetahuan).
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari
ideologi sosialisme yang menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu
tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara
independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan
paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama
berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya
dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma
sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist)
dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl
Marx yang ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena
agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme
yang kejam. Karl Marx mengatakan : Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas,
jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit
dari situasi yang tanpa ruh/spirit.Agama adalah candu bagi rakyat
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama
tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu
pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme,
khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994: 112). Paham Materialisme
Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang
terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui
pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah mengandung benih
perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000: 110).
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang
memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi
basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa
yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan
pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan
pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun
segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini
bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun : Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (Qs. sl-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk
membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah
dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan
asas Aqidah Islam (Al-Qashash, 1995: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus
dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang
sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala
sesuatu Firman Allah SWT :Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit
dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala
sesuatu. (QS. AN-Nisaa` [4]: 126). Alam ayat lain disebutkan : Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Qs.
ath-Thalaq [65]: 12).
2. Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek
Inilah peran pertama yang dimainkan Islam
dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan
aplikasi iptek. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh
Rasulullah Saw.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya
diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah terjerumus dalam sikap
membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya
hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler
inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti
orang Islam, diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak
kenal halal haram. Eksistensi paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa
tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan
keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan sekaligus bertolak belakang
dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus
dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan perombakan total. Dengan
cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang
memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang seharusnya
dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa
ketika Aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek
harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep
iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-Qur`an dan
al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
3. Syariah
Islam Standar Pemanfaatan Iptek
Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek,
adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan
pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan
perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan
Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Qs.
an-Nisaa` [4]: 65). ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah
kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3). [528] Maksudnya:
pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya agama islam adalah sebagai
penuntun kehidupan manusia agar tidak kacau sehingga menjadi teratur. Ruang
lingkup agama islam lebih luas dibandingkan agama yang lain karena agama islam
tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk
dengan diri manusia itu sendiri, tetapi juga dengan alam sekitarnya yang
terkenal dengan istilah lingkungan hidup. Islam juga mengikuti perkembangan
jaman. Islam juga tidak tutup mata terhadap perkembangan IPTEK, karena dalam
Al-Quran pun sudah tertulis mengenai IPTEK yang akan berkembang dimasa depan.
Islam menyajikan Al-Qur`an untuk menuntun
manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh
hasil yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah
Pancasila, Cet. 9. Jakarta:Pancoran Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah
Pancasila, Cet. 9.Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka
Cipta
Sumber Lain :
http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
http:// www.google.co.id
http:// www.teoma.com
http:// www.kumpulblogger.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar