Selasa, 10 Desember 2013

1st Agama Kelompok 4 - Arti Dan Ruang Linkup Akidah Islam



 Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam




DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 :
1.      Andri Septian
2.      Dafid Hidayat
3.      Dwi Panji
4.      Efri Prayoga
5.      Ghofar Hidayat
6.      Irfan
7.      Mujana
8.      Rama Pramana
STMIK IKMI CIREBON
2013-2014
KATA PENGANTAR

Innal hamda lillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wanastaghfiruh, wana’udzu bihi min syururi anfusina wa min sayyiati ‘amalinaa, man yahdibillahu fa laa mudhillalah wa man yudhilhu fa laa baa diya lah, asyhadu anlaa illaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan’abduhu wa rasuluh.
Segala puji dilimpahkan kepada Allah swt. Yang atas rahmat dan kasih sayangNya kepada kita semua telah mengirim seorang manusia yang mengajarkan budi pekerti yang luhur kepada seluruh manusia. Yaitu Nabi Muhammad saw. Seorang Rasulullah           (utusan Allah).
Dan segala puji pula bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan pengerjaan tugas kelompok ini. Tugas ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidika  Agama Islam.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini hingga dapat selesai tepat pada waktunya. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari anda sekalian sebagai pembaca, sebagai motivasi  bagi kami supaya lebih baik lagi dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang  bermanfaat untuk membangun perkembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan kususnya dalam ilmu agama bagi kita semua.


Cirebon, 02 November 2013



Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................        2
DAFTAR ISI      ..................................................................................................................        3
BAB1 PENDAHULUAN .............................................................................................         4
1.1. Latar belakang penjelasan tentang Akidah islam....................................................          2
1.2. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................................          3
1.3. Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................................          4
BAB 2 ISI MAKALAH.................................................................................................          5




















BAB1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kehadiran Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Al-qur’an dan Al-hadist tampak amat sangat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam dalam memenuhikebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas yang diharapkan dan kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan tali persaudaraan, berakhlakul karimah dan mampu bersikap yang positif pada yang lainnya.

1.2.Tujuan Penulisan Makalah
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini antara lain yaitu.
·         Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan Agama Islam
·         Menjelaskan secara jelas arti & ruang lingkup akidah islam
·         Mahasiswa/i dapat memahami dan mengetahui secara detail tentang keEsaan Allah
·         Mahasiswa/i dapat menjelaskan tentang hubungan Malaikat & makhluk ghaib lainnya
·         Mahasiswa/i dapat memahami tentang hubungan Al-qur’an dan kitab suci lainnya.

1.3. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat kepada pembaca tentang manusia, Agama dan Agama Islam. Semoga memberikan manfaat bagi penulis dan pembacanya. Ammiin


BAB 2
AKIDAH ISLAM
ARTI & RUANG LINGKUP AKIDAH ISLAM

1.a. Arti Akidah
Akidah (Bahasa Arab: اَلْعَقِيْدَةُ; transliterasi: Aqidah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan pada Hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, Rukun Islam, Rukun Iman, Ihsan dan peristiwa hari akhir.
ETIMOLOGI
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan  taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih.
Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran Islam ini diumpamakan  jasad, maka iman adalah  ruhnya. Ia adalah  jantung yang memompa darah kehidupan  ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh ajaran Islam. Berdasarkan  imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya, imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan  perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat, haji, puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan  kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benar-benar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah  kalau kita sedang shalat kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah  saat kita mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?.
Karena itulah dalam Islam ada ajaran lillahi ta’ala (semua hal harus didasarkan karena Allah atau untuk Allah). Lillahi ta’ala artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya penyembahan, pemujaan, tempat bergantung, tempat berserah diri, dan tempat memohon pertolongan. Terkadang orang salah memahami kalimat lillahi ta’ala. Ia menyangka Allah itu egois. Mengapa? Karena semuanya katanya harus ditujukan untuk Allah.
Pemahaman semacam ini jelas keliru. Beriman, memuja, dan berserah diri pada Allah sejatinya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Mengapa demikian? Manusia adalah makhluk yang tak bisa hidup sendiri. Dalam memenuhi hajatnya ia akan bergantung pada obyek lain. Seandainya Allah tidak memerintahkan agar manusia bergantung pada-Nya, pasti manusia akan bergantung pada yang lain? Apa yang lain itu? Mungkin teman, atasan, uang atau mitos-mitos tertentu yang ia percayai.
Jika manusia bergantung pada semua ini apa jadinya? Selama masih ada teman, ada atasan, ada uang, barangkali ia tenang. Tapi bagaimana kalau temannya berkhianat, atasannya mati, uangnya habis? Galau, kan? Stress? Karena semua itu sesuatu yang labil, mudah berubah, mudah datang dan mudah pergi. Jadi berbahaya bergantung pada sesuatu yang labil. Tapi Allah tetap, tak berubah. Dia adalah Tuhan yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya, bahkan sekalipun hamba-Nya pernah mencaci maki-Nya. Tuhan adalah tempat bersandar yang stabil. Manusia akan merasa tenteram dan matap dalam hidupnya ketika ia bergantung pada Allah. Ia akan senantiasa optimis, bahkan saat ia gagal sekali pun.
1.b. Ruang Lingkup Akidah Islam

1.      Ilahiah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, perbuatan-perbuatan (af’al) Allah, dan lain-lain.
2.      Nubuwwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu mukjizat, dan sebagainya yang berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, dan sebagainya.
3.      Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, dan ruh.
4.      Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui sami, yakni dalil naqli berupa Al-Qur’an dan As-Sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur dan sebagainya.
Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman (Rukun Iman), yaitu : Iman Kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab Suci, Nabi dan Rasul, Hari Akhir, serta Qada’ dan Qadar.

1.c. Dalil-dalil tentang Aqidah

 “Katakanlah (kepada mereka yang berbuat kemusyirikan kepada Allah) siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan dan menguasai) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”. (QS : Yunus [10] : 31)

 “Ketahuilah/ilmuilah bahwasanya Laa Ilaha Illalah”.(QS : Muhamad [47]: 19).

 “Kecuali yang bersaksi terhadap Laa Ilaha Illalah dan mereka mengetahuinya”.(QS : Zukhruf [47] : 86).


Tidaklah kami mengutus seorang Rosul/utusan sebelummu kecuali kami wahyukan kepadanya bahwasanyatidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku (Allah) maka bertauhidlah pada Ku (Allah)”. (QS : Al Anbiya’ [21] : 25).

2.              KeEsaan Allah


Tauhid atau pengesaan Allah memainkan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Tauhid menjadi pemancar kebaikan didunia dan keselamatan diakhirat. Kadar keselamatan diakhirat. Kadar keselamatan manusia di akhirat berbanding lurus dengan keyakinan dalam bertauhid. Begitu pula halnya dengan keridhoan Allah di dunia dan di akhirat. Dunia adalah etmpat pengujian dan akhirat adalah tempat pembalasan.
Bertolak dari sini, tauhid di dunia ini tidak tampak dengan wajah yang sesungguhnya sebagai parameter final dan pasti bagi diterima atau ditolaknya semua amal perbuatan manusia. Bukankah cukup banyak orang-orang Musryk yang menempuh berbagai jalan menuju keberhasilan materi di dunia dan berhasil mencapainya? Bukankah cukup banyak pula orang-orang ateis yang menyingkap rahasia materis dan menjadikannya sebagai alat meraih kemajuan dan berhasil?
Namun, diakhirat kelak, mereka ini tidak mempunyai timbangan amal kebaikan sedikitpun; usaha mereka ini di dunia ini tidak bernilai sama sekali. Penolakan atas tauhid menjadikan semua amal kebaikan di dunia tidak memiliki nilai dan harga. Bahkan, amal-amal kebaikan itu justru akan memberikan aib bagi para pelakunya jika mereka tidak mentauhidkan Allah. Ketentuan ini berlaku di akhirat dan tidak di dunia, karena dunia ini adalah tempat ujian dan cobaan. Sekiranya Allah memaksa semua manusia untuk bertauhid dan beriman, pastilah ujian atas mereka ini tidak sah, dan kebebasan mereka pun tidak dilindungi. Dengan demikian, hikmah penciptaan dunia ini pun hilang dengan sendirinya, yakni hikmah pengujian itu Allah berfirman:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(Qs 67:2)

Jadi, tauhid atau keesaan Allah merupakan hakikat terpenting (raison d’etre) bagi keberadaan manusia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di hari perhitungan; atau di alam akhirat yang dilanjutkan dengan kehidupan surga atau di neraka.
Jika kita perhatikan ayat-ayat Alquran, kita akan menemukan bahwa Alquran memberikan perhatian khusus yang cukup serius pada masalah tauhid ini melebihi masalah-masalah lainnya. Misalnya saja, ayat-ayat hukum yang menerangkan berbagai masalah cabagn (furu) hanya berjumlah 500 buah. Sementara itu, ayat-ayat yang berbicara tentang hari Kebangkitan berjumlah lebih dari 1000 buah. Ini menunjukkan perhatian serius Alquran pada masalah-masalah pemikiran dan keyakinan. Jika Tauhid mempunyai peranan sangat penting seperti ini, lantas apa arti semuanya ini? Bagaimanakah derajat dan tingkahnya? Apa saja jenis-jenisnya? Di sini, para ulama mengatakan bahwa ada lima tingkatan tauhid.
a.      Tauhid dalam Zat.
Maksudnya adalah bahwa Allah adalah Satu, tidak mempunyai sekutu dan tandingan; tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Zat Allah yang suci tidaklah tersusun dari bagian-bagian seperti jasad mahluk hidup. Zat-Nya sangat sempurna dan tidak serupa dengan zat-zat lainnya.
b.       Tauhid dalam Sifat.
Maksudnya adalah bahwa Allah adalah Mahasempurna dan Mahatinggi. Meskipun Allah menyandang berbagai macam sifat seperti Mahatahu, Mahkuasa, dan Mahahidup; kuantitas berbagai sifat itu muncul melalui pemahaman akal dan bukan melalui pengungkapan Zat dan realitas eksternal. Dalam pengertian, setiap sifat itu adalah “esensi yang berdiri sendiri” dan merupakan “Zat yang satu” yang masing-masing berbeda dengan esensi atau zat lainnya.  Misalnya saja, ilmu Allah adalah esensi Zat-Nya itu sendiri. Jadi, seluruh Zat Allah adalah esensi Zat-Ny itu sendiri. Jadi, seluruh Zat Allah adalah ilmu. Demikian juga, kemulian Allah adalah juga esensi Zat-Nya. Jadi, seluruh Zat Allah adalah kemulian. Demikianlah seterusnya. Setiap sifat Allah adalah esensi Zat-Nya dan bukan zat lain yang terpisah.


c.       Tauhid dalam Perbuatan.
Allah menciptakan alam semesta dan isinya berikut berbagai macam karateristiknya masing-masing. Matahari adalah sebuah benda alam dan bintang yang paling dekat dengan bumi Segala sesuatu yang ada di muka bumi ini memiliki berbagai kekuatan dan kehidupan yang keberadaannya bersumber dari energi matahari. Tanpa energi matahari, di dunia ini tidak akan ada pertanian dan manusia pun akan binasa karena kelaparan. Tanpa energi matahari, tidak akan ada hujan dan manusia pun akan mati karena kehausan. Begitulah seterusnya. Tauhid dalam perbuatan bermakna yakin bahwa matahari adalah ciptaan Allah dan bahwa segenap keistimewaannya dalam cahaya dan energinya juga ciptaan Allah; bergantung kepada-Nya, tidak berasal dari keinginan atau perbuatan matahari itu sendiri.
Dengan kata lain, tauhid dalam perbuatan bermakna bahwa seorang Mukmin hendaknya meyakini bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu, segenap aturan, dan berbagai karateristiknya masing-masing. Jadi, tidak ada sesuatu pun yang lepas dari pengaruh-Nya dan juga keluar dari ketentuan-Nya. Bahkan mahluk-mahluk yang di beri kebebasan memilih dan berkehendak pun –seperti manusia dan jin — tidak keluar dari ketentuan Allah dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa keterlibatan-Nya. Memang benar, mahluk-mahluk di beri kesempatan mengekspresikan kebebasannya. Hanya saja, wilayahnya sangat terbatas dan berada dalam bingkai kehendak tertinggi Allah SWT. Dalam ujaran lain, tauhid dalam perbuatan berarti beriman kepada pernyataan berikut ini, “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”
Ketentuan ini berlaku pada semua mahluk di langit dan di bumi, yang berwujud kasar maupun halus; besar maupun kecil. Matahari tidak akan keluar dari ketentuan Allah, sebagaimana halnya semut. Bintang-bintang tidak akan keluar dari ketentuan-Nya, sama seperti halnya manusia. Meskipun demikian, ada perbedaan antara manusia dan matahari, yakni bahwa manusia dapat bermaksiat kepada Allah, sementara matahari selalu tunduk dan taat kepada Allah. Perbuatan maksiat yang dilakukan manusia kepada Allah tidaklah berarti bahwa manusia telah keluar dari ketentuan-Nya dan berdiri atas kehendaknya sendiri. Dalam arti manusia masih tetap berada dalam ketentuan Allah dan lingkaran kehendak Ilahi yang memberi manusia kebebasan; dan tetap akan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah. Manusia bertanggung jawab di hadapan Allah di akhirat kelak dan ia tidak akan lepas dari ketentuan-ketentuan-Nya yang berlaku.


d.       Tauhid dalam Ibadah.
Ini berarti bahwa suatu ibadah hanya di peruntukkan bagi Allah dan tidak akan ada seorangpun yang berhak mendapatkannya. Para ulama mengatakan bahwa ketundukan yang bersifat penyembahan di hadapan seseorang tidak diperbolehkan kecuali bila ada salah satu dari dua sebab berikut ini. kedua sebab itu tidak akan ada pada diri seseorang dan hanya ada pada Allah. Pertama, orang yang dijadikan sembahan itu haruslah sempurna tanpa kekurangan sesuatu apa pun atau, dengan kata lain, mempunyai kesempurnaan mutlak. Kedua, pada diri orang itu ada sumber kehidupan manusia. Jadi, ia harus mampu menciptakan manusia, memberikan ruh kepadanya, serta mengawasi setiap saat. Apakah kedua hal ini dimiliki oleh seseorang selain Allah?
e.        Tauhid dalam kekuasaan Hukum
Ada tiga jenis tauhid dalam kekuasaan hukum:

a.  Tauhid dalam kekuasaan
Ini berarti bahwa hukum dan kekuasaan dalam Alquran hanya dimiliki oleh Allah saja. “Ingatlah bahwa segala printah dan hukum itu hanya milik Allah,” Ini tidak berarti bahwa Allah memegang sendiri kekuasaan dan kewenangan itu dan mengendalikan hukum yang berlaku pada manusia itu secara langsung. Yang demikian ini sama dengan ucapan kaum Khawarij kepada ‘Ali bin Abi Thalib, “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, bukan hakmu, wahai Ali, dan bukan pula hak sahabat-sahabatmu.” Akan tetapi, tauhid dalam kekuasaan berarti bahwa manusia diberi hak untuk menetapkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Setiap hukum yang tidak berpijak pada hukum-hukum Allah sesungguhnya telah keluar dari Islam.
b. Tauhid dalam ketaatan
Ini berarti bahwa ketaatan adalah hak mutlak mutlak Allah. Jika Allah memerintahkan kita untuk mentaati rasul-rasul-Nya, ini berarti bahwa Dia memerintahkan kita untuk menaati mereka. Ketaatan ini bukanlah merupakan sebuah kewajiban yang berdiri sendiri, melainkan karena ia merupakan ketaatan kepada Allah. “Barangsiapa mentaati rasul, berarti ia telah mentaati Allah.” Dari tauhid dalam ketaatan ini lahirlah sebuah ungkapan yang berbunyi,”Tidak ada ketaatan terhadap mahluk dalam bermaksiat kepada Allah.” Di sini berarti ketaatan itu hanyalah milik Allah.



c.  Tauhid dalam pembuatan hukum
Pembuatan hukum atas manusia adalah hak khusus yang hanya dimiliki oleh Allah. Tidak seorang pun diperkenankan membuat hukum yang bertentangan dengan apa yang telah diturunkan Allah. Jika Allah telah menurunkan hukum yang jelas, berarti manusia wajib menjalankannya, seperti dalam kasus hukum-hukum waris. Selain itu, ada juga kaidah-kaidah umum, seperti perintah Allah untuk bermusyawarah:
“…Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka…“(Qs 42:38)
Di sini, kaum Muslim berhak menetapkan sistem yang sesuai dengan zaman mereka dengan sayarat harus sesuai dengan kaidah yang diperintahkan Allah, yakni musyawarah. Tidak seorang pun berhak menjalankan sistem pemerintahan otoriter dan diktaktor yang jauh dari kaidah musyawarah.
Pembuatan segala macam hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah adalah dosa. Namun, pembuatan rincian hukum mengenai berbagai aturan yang telah dijelaskan oleh syariat secara global adalah hak manusia. Ini lumrah dan biasa-biasa saja, karena aturan-aturan itu selalu berbenturan satu sama lain, sementara situasi dan kondisi tidak saling berbenturan. Dari sinilah Alquran datang dengan membawa hukum-hukum yang terperinci dan prinsip-prinsip universal. Inilah tauhid dalam pandangan seorang ulama, Syaikh Ja’far as-Subhani, yang dinukil oleh Ja’far al-Hadi.













3.      Iman Kepada Malaikat & Makhluk Gaib Selain Malaikat

Ciptaan Allah SWT yang memiliki rupa atau bentuk yang paling bagus dan sempurna adalah manusia.Selain itu Allah SWT.juga menciptakan makhluk lain yaitu malaikat. Malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat gaib.Sehingga tidak bisa dilihat dan diraba oleh panca indera manusia.
Selain malaikat, Allah SWT.juga menciptakan jin, iblis, dan syetan. Mereka diciptakan dari  api dan hidup dialam rohani dan alam gaib. Malaikat memiliki sifat-sifat yang baik dan mulia.Sedangkan jin, iblis dan syetan berlawanan dengan sifat malaikat. Walaupun keberadaan mereka tidak bisa dilihat oleh panca indera manusia, tapi kita wajib percaya akan keberadaannya.
A. Iman kepada malaikat allah swt.
Mempercayai dan meyakini akan adanya malaikat-malaikat Allah SWT merupakan rukun iman yang keenam. Secara  keseluruhan tidak bisa dipisah-pisahkan.
Pengertian Iman Kepada Malaikat.
Mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa malaikat itu benar-benar ada. Iman kepada Malaikat  termasuk rukun iman yang kedua.Sebagaimana firman Allah  yang tercantum dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 177.

لَيْسَالْبِرَّأَنْتُوَلُّواوُجُوهَكُمْقِبَلَالْمَشْرِقِوَالْمَغْرِبِوَلَكِنَّالْبِرَّمَنْآمَنَبِاللَّهِوَالْيَوْمِالآخِرِوَالْمَلائِكَةِوَالْكِتَابِوَالنَّبِيِّينَوَآتَىالْمَالَعَلَىحُبِّهِذَوِيالْقُرْبَىوَالْيَتَامَىوَالْمَسَاكِينَوَابْنَالسَّبِيلِوَالسَّائِلِينَوَفِيالرِّقَابِوَأَقَامَالصَّلاةَوَآتَىالزَّكَاةَوَالْمُوفُونَبِعَهْدِهِمْإِذَاعَاهَدُواوَالصَّابِرِينَفِيالْبَأْسَاءِوَالضَّرَّاءِوَحِينَالْبَأْسِأُولَئِكَالَّذِينَصَدَقُواوَأُولَئِكَهُمُالْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.




B.   Nama, tugas dan sifat malaikat
1. Malaikat  Jibril.
Nama lain malaikat jibril adalah Ruhul Kudus,dan Ruhul Amin.Tugas Malaikat Jibril adalah menyampaikan wahyu.Malaikat Jibril  juga mendampingi  Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan isro’ mi’raj.Malaikat  Jibril berwujud seperti seorang laki-laki yang berpakaian serba putih,dan terkadang dengan wujud aslinya.Dan ini dijelaskan dalam Q.S.An-Najm : 4-5.
إِنْهُوَإِلاوَحْيٌيُوحَى
عَلَّمَهُشَدِيدُالْقُوَى

2. 
Malaikat Mikail.
Malaikat mikail bertugas membagikan rizki kepada semua makhluk,juga mengatur hujan,angin,dan tanaman.
3. Malaikat Isrofil.              
Malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala sebagai tanda hari kiamat.Peniupan itu merupakan pintu untuk masuk ke kehidupan akhirat.Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Yasiin : 51.
وَنُفِخَفِيالصُّورِفَإِذَاهُمْمِنَالأجْدَاثِإِلَىرَبِّهِمْيَنْسِلُونَ
4. Malaikat Izrail.
Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk hidup saat ajalnya telah tiba.sebagaimana tercantum dalam Q.S.Al-An’am: 61
وَهُوَالْقَاهِرُفَوْقَعِبَادِهِوَيُرْسِلُعَلَيْكُمْحَفَظَةًحَتَّىإِذَاجَاءَأَحَدَكُمُالْمَوْتُتَوَفَّتْهُرُسُلُنَاوَهُمْلايُفَرِّطُونَ

5 – 6. Malaikat Raqib dan Malaikat Atid.
Kedua malaikat inui bertugas mencatat amal makhluk hidup.Malaikat Raqib bertugas mencatat amal yang baik,sedangkan malaikat atid bertugas mencatat amal yang buruk.Nama lain dari malaikat Raqib dan Atid adalah Kiroman Katibi.Sebagaimana firman Allah SWT yang tercantum dalam Q.S. Qaf : 18.
مَايَلْفِظُمِنْقَوْلٍإِلالَدَيْهِرَقِيبٌعَتِيدٌ





7 – 8. Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir.
Malaikat ini bertugas menanyai ketika di alam kubur.
Rasulullah n bersabda:

إِذَاقُبِرَالْمَيِّتُ -أَوْقَالَ: أَحَدُكُم- أَتَاهُمَلَكَانِأَسْوَدَانِأَزْرَقَانِيُقَالُلِأَحَدِهِمَاالْمُنْكَرُوَالْآخَرُالنَّكِيْرُ،فَيَقُولَانِ: مَاكُنْتَتَقُولُفِيْهَذَاالرَّجُلِ؟فَيَقُولُمَاكَانَيَقُولُ: هُوَعَبْدُاللهِوَرَسُولُهُ،أَشْهَدُأَنْلَاإِلَهَإِلاَّاللهُوَأَنَّمُحَمَّدًاعَبْدُهُوَرَسُولُهُ. فَيَقُولَانِ: قَدْكُنَّانَعْلَمُأَنَّكَتَقُولُهَذَا. ثُمَّيُفْسَحُلَهُفِيقَبْرِهِسَبْعُونَذِرَاعًافِيسَبْعِينَ،ثُمَّيُنَوَّرُلَهُفِيْهِثُمَّيُقَالُلَهُ: نَمْ. فَيَقُولُ: ارْجِعْإِلَىأَهْلِيفَأَخْبِرْهُمْ. فَيَقُولَانِ: نَمْكَنَوْمَةِالْعَرُوسِالَّذِيلاَيُوقِظُهُإِلاَّأَحَبَّأَهْلِهِإِلَيْهِ. حَتَّىيَبْعَثُهُاللهُمِنْمَضْجَعِهِذَلِكَ؛وَإِنْكَانَمُنَافِقًاقَالَ: سَمِعْتُالنَّاسَيَقُولُونَفَقُلْتُمِثْلَهُ،لاَأَدْرِي. فَيَقُولاَنِ: قَدْكُنَّانَعْلَمُأَنَّكَتَقُولُذَلِكَ. فَيُقَالُلِلْأَرْضِ: الْتَئِمِيعَلَيْهِ. فَتَلْتَئِمُعَلَيْهِفَتَخْتَلِفُفِيْهَاأَضْلَاعُهُفَلَايَزَالُفِيْهَامُعَذَّبًاحَتَّىيَبْعَثُهُاللهُمِنْمَضْجَعِهِذَلِكَ

            Jika mayit atau salah seorang dari kalian telah dikubur, datang dua malaikat, hitam (tubuhnya), biru (kedua matanya), satu dari keduanya bernama Al-Munkar dan yang lain An-Nakir.1 Kedua malaikat bertanya kepada mayit: “Apa yang dulu kamu katakan tentang lelaki ini (yakni Rasulullah n)?” Dia pun menyatakan apa yang dulu dia katakan: “Lelaki itu adalah hamba Allah l dan Rasul-Nya, Asyhadu allailahaillallah wa anna Muhammadar rasulullah.” Kedua malaikat menimpali: “Sungguh kami telah mengetahui bahwa engkau mengatakan demikian.” Lalu diluaskan kubur untuknya 70 dzira’ (hasta) kali 70 dzira’, dan diterangi,    kemudian dikatakan padanya: “Tidurlah engkau.” Berkatalah mayit: “Kembalikanlah aku pada keluargaku agar aku kabarkan kepada mereka.” Keduanya berkata: “Tidurlah engkau sebagaimana tidurnya pengantin, tidak ada yang membangunkan kecuali orang yang paling dicintainya.” Hingga nanti Allah l bangkitkan dari pembaringannya.
Adapun jika mayit adalah seorang munafik, dia akan akan menjawab: “Dahulu aku mendengar manusia mengatakan sesuatu, aku pun mengatakannya… aku tidak tahu.” Keduanya berkata: “Sungguh kami telah mengetahui bahwa engkau akan berkata demikian.” Maka dikatakan pada bumi: “Himpitlah dia!” Bumi pun mengimpit mayit hingga tulang-tulang rusuknya bertautan. Terus-menerus azab ditimpakan hingga Allah l bangkitkan ia dari kuburnya.
9. Malaikat  Malik.
Tugasnya adalah menjaga pintu neraka.Neraka merupakan suatu tempat di akhirat yang sangat menyedihkan.berupa api yang sangat panas.Neraka merupakan tempat bagi orang-orang yang ingkar,musrik,munafik,kafir dan banyak berdosa daripada amal kebaikannya.Sebagaimana firman Allah SWT yang tercantum dalam Q.S. At-Tahrim: 6.
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواقُواأَنْفُسَكُمْوَأَهْلِيكُمْنَارًاوَقُودُهَاالنَّاسُوَالْحِجَارَةُعَلَيْهَامَلائِكَةٌغِلاظٌشِدَادٌلايَعْصُونَاللَّهَمَاأَمَرَهُمْوَيَفْعَلُونَمَايُؤْمَرُونَ




10. Malaikat Ridwan.

Malaikat ini bertugas menjaga pintu surga.Surga merupakan tempat untuk orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.Sebagaiman firman Allah SWT yang tercantum dalam Q.S.Az-Zumar : 73
وَسِيقَالَّذِينَاتَّقَوْارَبَّهُمْإِلَىالْجَنَّةِزُمَرًاحَتَّىإِذَاجَاءُوهَاوَفُتِحَتْأَبْوَابُهَاوَقَالَلَهُمْخَزَنَتُهَاسَلامٌعَلَيْكُمْطِبْتُمْفَادْخُلُوهَاخَالِدِينَ


C. Sifat-Sifat Malaikat Allah Swt

*  Malaikat bersifat tawadlu’/tidak menyombongkan diri.
*  Patuh,tunduk,jujur,dan tidak durhaka kepada Allah SWT.
* Malaikat selalu bersujud kepada Allah SWT.
* Malaikat terbuat dari nur/cahaya
* Malaikat selalu bertasbihkepada Allah SWT.
* Malaikat tidak berjenis kelamin.
* Malaikat tidak makan dan minum
* Malaikat memohonkan ampun untuk orang-orang yang beriman
* Malaikat memberi salam pada ahli syurga.

D.  MAKHLUK GAIB SELAIN MALAIKAT

1. Jin
Jin termasuk makhluk halus yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.Diciptakan dari api yang panas.Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Rahman : 15.
وَخَلَقَالْجَانَّمِنْمَارِجٍمِنْنَارٍ
Manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah .Hal ini tercantum dalam Q.S.An-Naml: 17.
وَحُشِرَلِسُلَيْمَانَجُنُودُهُمِنَالْجِنِّوَالإنْسِوَالطَّيْرِفَهُمْيُوزَعُونَ





2. Iblis  dan syetan
Iblis adalah makhuk gaib yang diciptakan dengan sifat sombong.Secara harfiah,iblis berarti yang habis harapan untuk memperoleh rahmat.Menganggap keadaannya lebih baik dari bahan ciptaan manusia yaitu dari tanah.
Hal ini tercantum dalam Q.S. Al-A’raf: 12.
قَالَمَامَنَعَكَأَلاتَسْجُدَإِذْأَمَرْتُكَقَالَأَنَاخَيْرٌمِنْهُخَلَقْتَنِيمِنْنَارٍوَخَلَقْتَهُمِنْطِينٍ
Iblis dan syetan menggoda manusia agar terjerumus ke dalam kehidupan nista.

Sesuai dengan Q.S. AL-A’raf: 16-17 Q.s
فَبِمَاأَغْوَيْتَنِيلأقْعُدَنَّلَهُمْصِرَاطَكَالْمُسْتَقِيمَ

ثُمَّلآتِيَنَّهُمْمِنْبَيْنِأَيْدِيهِمْوَمِنْخَلْفِهِمْوَعَنْأَيْمَانِهِمْوَعَنْشَمَائِلِهِمْوَلاتَجِدُأَكْثَرَهُمْشَاكِرِينَ
Sifat-Sifat Jin,Iblis,dan Syetan
1.      Jin diciptakan dari api,dan ada jin yang Islam dan ada yang kafir.
2. Iblis dan syetan diciptakan dari api,memiliki sifat mendurhakai Allah SWT.

E. SIKAP YANG MENCERMINKAN IMAN KEPADA MALAIKAT & MAKHLUK GAIB LAINNYA
1. Bertambahnya Iman kepada Allah SWT.
2. Disiplin/patuh menjalankan perintah Allah SWT.
3. Selalu berhati-hati dalam berbuat.
4. Selalu waspada.
5. Senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT.




HUBUNGAN AL QUR'AN DENGAN KITAB LAIN

Al-Qur'an dalam pandangan Islam memiliki posisi yang sangat jelas berkaitan dengan keberadaan teks-teks keagamaan yang termasuk dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada kaum sebelum kaum Nabi Muhammad SAW.Berkaitan dengan hal ini dalam doktrin Islam, al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.

Pernyataan Al Qur'an Tentang Hubungan Dengan Kitab Terdahulu

Berikut adalah pernyataan Al Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam mengenai hubungan al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut.

Menegaskan eksistensi kitab terdahulu

Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-Qur'an dan wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW.Berikut adalah petikan terjemahan bagian tersebut.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, danmenafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. danmereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Al-Baqarah 2-4)

Pembenar & Ujian

Al Qur'an juga diposisikan sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu ujian/verifikator (muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada surah Al-Ma'idah ayat 48 yang artinya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Al-Ma'idah 48)



Referensi utama

Dalam Islam dipercayai bahwa setiap bangsa memiliki nabi yang diutus kepada mereka sebagaimana terdapat dalam surat Yunus ayat 47 yang artinya :
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (Yunus 47)
Dan bila tiap umat tersebut berselisih mengenai sesuatu hal maka Al Qur'an dapat menjadi hakim atau referensi untuk menerangkan hal-hal yang mereka perselisihkan tersebut. Dalam Al Qur'an mengenai hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam surat An Nahl ayat 63 dan 64 yang artinya:
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (An Nahl 63-64)

Sejarah yang benar

Maksudnya ialah bahwa Al Qur'an meluruskan sejarah.Dalam Al Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut.Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh kaum Yahudi dan Nasrani.

Iman terhadap kitab suci merupakan salah satu landasan agama kita. AllahTa`ala berfirman yang artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman dengan Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi….” (QS. Al-Baqarah: 177) Rasulullah ketika ditanya oleh Jibril `alaihis salam tentang iman, beliau menjawab:“(Iman yaitu) Engkau beriman dengan Allah, para Malaikat, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “Kitab (biasa disebut dengan Kitab suci) adalah kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya sebagai rahmat untuk para makhluk-Nya, dan petunjuk bagi mereka, supaya mereka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.” (lihat kitab Rasaail fil `Aqiidah karya Syaikh Utsaimin)




Cakupan Iman dengan Kitab Suci
Masih dalam kitab yang sama, beliau juga mengatakan: “Iman dengan kitab suci mencakup 4 perkara:
1.Iman bahwasanya kitab-kitab tersebut turun dari Allah Ta`ala.
2.Iman dengan nama-nama yang kita ketahui dari kitab-kitab tersebut, seperti al-Qur`an yang Allah turunkan kepada Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam, Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa, dan lain sebagainya.
3.Pembenaran terhadap berita-berita yang shahih, seperti berita-berita yang ada dalam al-Qur`an dan kitab-kitab suci sebelumnya selama kitab-kitab tersebut belum diganti atau diselewengkan.
4.Pengamalan terhadap apa -apa yang belum di-nasakh dari kitab-kitab tersebut, rida terhadapnya, dan berserah diri dengannya, baik yang diketahui hikmahnya, maupun yang tidak diketahui.” (Rasaail fil `Aqiidah)

Sumber dan Tujuan Penurunan Kitab Suci
Seluruh kitab-kitab suci sumbernya adalah satu, yaitu dari Allah Jalla wa `Alaa. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.  Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (al-Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan dia menurunkan al-Furqaan.Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 2-4)
Tujuan penurunan kitab-kitab suci juga satu, yaitu tercapainya peribadatan hanya kepada Allah semata, sebagaimana terdapat dalam firman Allah Ta`ala dalam surat al-Maidah ayat 44 – 50. (Untuk pembahasan lebih rinci, lihat kitab ar-Rusul war Risaalaat karya `Umar bin Sulaiman al-Asyqar, hal 231 – 235)

Kedudukan al-Qur`an di antara Kitab-kitab Suci Lainnya

Al-Qur`an merupakan kitab suci terakhir dan penutup dari kitab-kitab suci sebelumnya. Selain itu, al-Qur`an juga merupakan hakim atas kitab-kitab suci sebelumnya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu al-Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…. ” (QS. Al-Maidah: 48)




Al-Qur`an merupakan kitab suci paling panjang dan paling luas cakupannya. Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam bersabda: “Saya diberi ganti dari Taurat dengan as-sab`ut thiwaal (tujuh surat dalam al-Qur`an yang panjang-panjang). Saya diberi ganti dari Zabur dengan al-mi`iin (surat yang jumlah ayatnya lebih dari seratus). Saya diberi ganti dari Injil dengan al-matsani (surat yang terulang-ulang pembacaannya dalam setiap rekaat shalat) dan saya diberi tambahan dengan al-mufashshal (surat yang dimulai dari Qaf sampai surat an-Naas).” (HR. Thabarani dan selainnya, dishahihkan sanadnya oleh al-Albani)
Di antara perkara lain yang menjadi kekhususan al-Qur`an dari kitab-kitab suci lainnya adalah penjagaan Allah terhadapnya. Allah Ta`alaberfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Sekilas Tentang Taurat
Taurat adalah kitab yang Allah turunkan kepada Musa `alahis salam. Taurat merupakan kitab yang mulia yang tercakup didalamnya cahaya dan petunjuk. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)….” (QS. Al-Maidah: 44)
Taurat yang ada saat ini – biasa disebut dengan kitab perjanjian lama – , setiap orang yang berakal tentu mengetahui bahwa taurat tersebut bukanlah taurat yang dahulu diturunkan kepada Musa `alaihis salam.

Hal itu bisa diketahui dari beberapa bukti berikut:.
·         Ketidakmampuan mereka (baik Yahudi maupun Nashrani) dalam menunjukkan sanad ilmiah yang sampai kepada Musa `alaihis salam, bahkan mereka mengakui bahwa Taurat pernah hilang selama beberapa kali.
·         Terjadi banyak kontradiksi di dalamnya, yang menunjukkan bahwa sudah banyak terjadi campur tangan para ulama yahudi dalam merubah isi Taurat.
·         Banyak terdapat kesalahan ilmiah.
·         Dan masih banyak bukti lainnya.

Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 79)





Sedangkan Injil, dia adalah kitab yang Allah turunkan kepada Isa `alaihis salam sebagai penyempurna dan penguat bagi Taurat, mencocoki dangannya dalam sebagian besar syariatnya, petunjuk kepada jalan yang lurus, membedakan kebenaran dan kebatilan, dan menyeru kepada peribadatan kepada Allah Ta`ala semata.
Sebagaimana taurat yang ada sekarang bukanlah taurat yang dahulu diturunkan kepada Musa, demikian juga injil yang ada sekarang, juga bukan injil yang diturunkan kepada Isa `alaihimas salam. Di antara bukti dari penyataan tersebut:
·         Penulisan injil terjadi jauh beberapa tahun setelah diangkatnya Isa`alaihis salam.
·         Terputusnya sanad dalam penisbatan penulisan injil-injil tersebut kepada penulisnya.
·         Banyak terdapat kontradiksi dan kesalahan ilmiah di dalamnya
·         Dan masih banyak bukti lainnya.

(untuk mendapatkan pembahasan lebih rinci tentang keberadaan Taurat dan Injil yang ada sekarang, silahkan merujuk ke kitab Izhaarul Haq karya Rahmatullah al-Hindy)

Bolehkah mengikuti Taurat dan Injil setelah Turunnya al-Qur`an?
Jawabnya: Tidak boleh. Bahkan, kalau seandainya kitab-kitab tersebut (Taurat atau Injil yang ada sekarang) adalah benar berasal dari para Nabi  mereka, maka kita tetap tidak boleh mengikutinya karena kitab-kitab tersebut diturunkan khusus kepada umat nabi tersebut dan dalam tempo yang terbatas, dan kitab-kitab tersebut sudah di-nasakh oleh al-Qur`an. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu al-Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab yang lain itu;…. ” (QS. Al-Maidah: 48)

Bahkan wajib bagi Yahudi dan Nashrani saat ini untuk mengikuti al-Qur`an. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah seorang pun dari Yahudi dan Nasrani yang mendengar akan diutusnya aku, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Bukahri dan Muslim)
Demikianlah sedikit bahasan tentang Iman dengan kitab suci.“Wahai Rabb kami, tambahkan kepada kami keimanan, keyakinan, kefakihan, dan ilmu.
Rujukan utama:

Al-Imam bil Kutubi, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd




Tidak ada komentar:

Posting Komentar