Kamis, 05 Desember 2013

1st Agama Kelompok 3 - Sumber Ajaran Agama Islam


Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah :
·         Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan Agama Islam
·         Menjelaskan secara jelas agama dan ajaran Agama Islam
·         Mahasiswa/i dapat memahami dan mengetahui secara mendalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah (Al-Hadist)
·         Mahasiswa/i dapat memahami tentang Ra’yu yang dilaksanakan dengan Ijtihad

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat kepada pembaca tentang Manusia, Agama dan Islam. Semoga memberikan manfaat bagi penulis sendiri.






BAB 2
SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM: AL-QUR’AN DAN SUNNAH
1. Sistematika Sumber Ajaran Islam
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.
Hadits Rasulullah SAW, yaitu:
”Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya).
A.    Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS 4:82)
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS> As-Syu’ara: 192), Adz-Dzikir (Surat Al-Hijr: 1-9).
Kandungan Al-Qur’an, antara lain adalah:
  1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.
  2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas, mu’amalah).
  3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang berbuat dosa (nadzir).
  4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
  5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:
  1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya
  2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
  3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
  4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
  5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
A.a Al-Qur’an sebagai Kalamullah
Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab).
Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dialkukan dengan tiga cara, yaitu:
  1. Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi)
  2. Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu)
  3. Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu.
Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:
  1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
  2. Al-Qur’an kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
  3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
  4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
  5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
  6. Sebagai pemberi kabar gembira
  7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
  8. Sebagai peringatan
  9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
  10. Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
  11. Sebagai pelajaran



A.b Al-Qur’an sebagai Mukjizat
Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-Qur’an sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari kedalaman isinya.
  • Dari segi bahasa, Al-Qur’an, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur’an, Tuhan menantang mereka secara bertahap:
    1. Menantang mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Qur’an secara keseluruhan
    2. Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur’an
    3. Kalau tak bisa, silakan menyusun satu surat saja
    4. Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan surat Al-Qur’an
Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk menyaingi Al-Qur’an.
  • Dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Qur’an bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an begitu luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Qur’an telah disesuaikan (sudah pasti disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur’an berisi petunjuk agama atau syari’at, dan mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-berita gaib,  seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Qur’an juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur’an.
Keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala yang telah dijanjika Allah SWT. Menurut Ali Bin Abi Thalib, membaca Al-Qur’an dalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila dibaca waktu melaksanakan sholat, 25 kebajikan apabila di luar sholat (dalam keadaan berwudhu), dan 10 kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca, mendengarkan orang yang membaca Al-Qur’an pun akan mendapat kan pahala. Selain membaca dan mendengar, belajar dan mengajarkan membaca Al-Qur’an pun adalah suatu kebajikan.
B. As-Sunnah
Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (af’al, aqwal, dan taqrir).
Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan suatu ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut yang dengan sanaad.
Macam-macam As-Sunnah:
  • ditinjau dari bentuknya
    1. Fi’li (perbuatan Nabi)
    2. Qauli (perkataan Nabi)
    3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)
  • ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya
    1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
    2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir
    3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
  • Ditinjau dari kualitasnya
    1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
    2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang kurang baik.
    3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
    4. Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.
  • Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
    1. Maqbul, yang diterima.
    2. Mardud, yang ditolak.
Kedudukan As-Sunnah:
  1. Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an
  2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS. Al-Mujadilah, 58: 5)
  3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman (QS. An-Nisa’, 4: 65)
Perbedaan Al-Qur’an dengan As-Sunnah:
  • Segala yang ditetapkan Al-Qur’an adalah absolut nilainya. Sedangkan yang ditetapkan As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang bersigat absolut, ada yang bersifat nisbi zhanni
  • Penerimaan seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah dengan keyakinan. Sedangakan terhadap As-Sunnah, sebagian besar hanyalah zhanny (dugaan-dugaan yang kuat).
Sumber ajaran dasar umat islam ada 3 yaitu al-Qur’an, al-sunnah dan al-hadith, dan ijtihad. Al-Qur’an marupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan didalamnya sudah dijelaskan mengenai sistem politik, sosio budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain, sehingga tidak ada sesuatu yang terlupa olehnya. Secara etimologis al-Quran berarti bacaan yang dibaca, al-Quran diturunkan Allah kepada nabi Muhammad dalam rentang waktusekitar 23 tahun periode makkah 13 tahun dan sisanya 10 tahun periode madinah. Sebagai orang yang beriman tentunya kita harus percaya bahwa al-Qur’an merupakan kallamullah atau ucapan-ucapan Allah yang memang benar adanya 

Dan tidak ada sedikitpun keraguan dari padanya. Al-Qur’an merupakan satu-satumya kitab suci yang terjaga otensitasnya dan tidak akan berubah sedikitpun isi dan maknanya hingga hari kiamat nantinya, karena Allah telah menyatakan sendiri jaminan atas keaslian al-Qur’an dalam surat al-Hijr ayat 9. Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar nnabi Muhammad yang tidak terbatas pada makna-makna objektif semata tetapi juga pada aspek morfologis atau lafal dan redaksinya karena merupakan kutipan langsung dari Allah. 

Al-sunah dan al-hadith, merupakan dasar agama islam yang kedua setelah al-Qur’an. Al-sunnah menurut para ahli merupakan semua riwaya yang bersumber dari rosullullah selain al-Qur’an yang wujudnya bisa berupa perkaaan, perbuatan, dan taqrir beliau yang dapat dijadikan dalil, namun hukum pelaksanaanya tidak sammpai ketingkat wajib atau fardu. Sedangkan al-hatith merupakan riwayat-riwayat dari rasul dan setelah beliau diangkat menjadi rasul (ba’da nubuwwaat). Al-sunnah lebih berfungsi sebagai petunjuk untauk menafsirkan isi dari al-Qur’an karena tidak semua ayat-ayat al-Qur’an dapat dipahami maksud sesungguhnya, karenanya Allah memberikan otoritas bagi nabi Muhammad untuk menjelaskan maksud yang terkandung di dalam al-Qur’an lewat sunnahnya.

Ijtihad, secara bahasa berasal dari kata jahada yang lebih bermakna pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa, sulit dilaksanakan, atau yang kurang disenangi. Persoalan yang tidak dapat diabaikan dalam melakukan ijtihad adalah terpenuhinya syarat-syarat ijtihad. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat dalam menentukan syarat-syarat ijtihad sebagai mujtahid (orang mampu melakukan ijtihad melalui cara istinbath dan tathbiq). Istinbath ialah mengeluarkan hokum dari hokum sumber syariat sedangkan tahbiq ialah penerapan hokum. Menurut Wahbah al-Zuhaili, hukum ijtihad adalah wajib ‘ain, wajib kifayah, sunnah dan bahkan atau haram, tergantung pada kapasitas orang yang bersangkutan.


2. Al-qur’an Sebagai Kitab Suci
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan utama dalam ajaran islam, yakni “Kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah SWT yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Tujuannya: Untuk menjadi pedoman bagi ummat manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Al-Qur’an terbagi dalam 30 Juz, 114 Surah, 6236 ayat, 74.499 kata, 325.345 huruf. Diturunkan di gua hira pada 17 Ramadhan tahun pertama sebelum hijrah. Surah pertama yang diturunkan adalah Surah Al-Alaq (96) : 1-5. Sedangkan ayat terakhir diturunkan di Padang Arafah pada 9 Zulhijjah tahun ke 10 Hijriyah yakni surah Al-Maidah (5) : 3.
Diturunkan dalam 2 periode: yakni periode Mekkah dan Periode Madinah. Ciri-cirinya:
AYAT MAKKIYAH
AYAT MADANIYAH
1).  Umumnya pendek-pendek
1).  Umumnya panjang-panjang
2).  19/30 dari seluruh isi Al-Qur’an
2).  11/30 dari seluruh isi Al-Qur’an
3).  86 Surah, 4.780 ayat
3).  28 Surah, 1.456 ayat
4).  Dimulai dengan kata “Ya Ayyuhan Naas
4).  Dimulai dengan kata “Ya Ayyuhal Ladzina Aamanu”
5). Ttg Tauhid, Hari Kiamat, Akhlak, Kisah umat masa lalu
5). Hukum, Keadilan, dan Masyarakat.
6).  Duturunkan dalam waktu 12 Tahun 13 Hari
6).  Diurunkan dalam waktu 10 Tahun 2 Bulan 9 Hari
Sumber : Nashiruddin Razak, 1977 : 90
Kandungan Al-Qur’an meliputi soal-soal pokok yang berkenaan dengan:
1).  Aqidah
2).  Syari’ah
3).  Akhlak
4).  Kisah-kisah masa lalu
5).  Berita-berita tentang masa yang akan datang
6).  Benih dan Prinsip Ilmu Pengetahuan
7).  Sunnatullah / Hukum Allah yang berlaku di alam semesta ini.

Al Quran berasal dari bahasa Arab “qara’a” yang berarti bacaan. Al Quran merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai kitab suci yang terakhir, jika membacanya merupakan ibadah, diturunkan dengan perantaraan malaikat jibril, sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al Quran merupakan penyempurna bagi kitab-kitab terdahulu sehingga dapat disimpulkan bahwa isi dari Al Quran tidak bertentangan dengan kitab-kitab terdahulu. Sebaliknya isi dari kitab-kitab terdahulu terkandung dalam Al Quran.
Al Qur’an turun pertama kali pada tanggal 17 Ramadan/ 6 Agustus 610 M ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun. Turunnya Al Quran kepada Nabi Muhammad merupakan pertanda diangkatnya beliau menjadi Rasul Allah. Wahyu yang pertama turun adalah Q.S. Al Alaq ayat 1-5. Ayat ini turun di Gua Hira (Jabal Nur) ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Hari turunnya wahyu Al Qur’an pertama kali dinamakan nuzulul quran. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat Al Maidah ayat 3. Ayat ini turun pada peristiwa haji wada’ (haji perpisahan).
Al Quran turun secara mutawatir (berangsur-angsur) selama 22 ahun 2 bulan 22 hari, yaitu 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Ayat yang turun di Mekah dinamakan surat Makiyah dan ayat yang turun di Madinah dinamakan surat Madaniyah. Diturunkannya Al Quran secara berangsur-angsur dengan tujuan agar Nabi Muhammmad dan para sahabatnya mudah menghafal ayat-ayatnya. Selain itu ayat Al Quran turun sedikit demi sedikit karena untuk menjawab setiap persoalan yang muncul. Jika ada permasalahan maka barulah turun ayat untuk menjawab persoalan tersebut. Al Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6236 ayat. Surah yang pertama adalah Surah Al Fatihah dan yang terakhir adalah An-Naas.


2.a Keistimewaan Al Qur’an

a. Ditujukan untuk seluruh umat manusia dan seluruh golongan serta berlaku sepanjang zaman
b. Terjaga keasliannya hingga akhir zaman
c. Turun dalam bahasa arab, semua orang membacanya dan tidak dapat menggantikannya dengan bahasa lain.

2.b Kandungan Al Qur’an:

1. Keimanan/ tauhid yaitu Al Quran berisi tentang Allah, Malaikat, Kitab Allah, Nabi dan Rasul Hari kiamat serta qada dan qadar.
2. Ibadah. Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk menyembah Allah. Tata cara ibadah ini telah diatur dalam Al Quran. Misalnya ibadah salat, zakat, puasa dan haji. Bahkan tata cara bersuci pun diatur dalam Al Quran.
3. Ilmu pengetahuan. Dalam Al Quran banyak memuat ilmu pengetahuan yang mendukung kemajuan teknologi saat ini. Selain itu juga memuat ilmu-ilmu kesehatan, astronomi, pertanian dan sebagainya.
4. Hukum. Hukum-hukum dalam kehidupan manusia telah diatur secara jelas, misalkan saja hukum perkawinan, jual beli, mencuri, berzina dan masih banyak lagi
5. Berita. Al Quran telah menggambarkan kehidupan yang akan dialami manusia kelak di akhirat, di mana orang yang beriman akan masuk surga dan orang yang ingkar terhadap Allah akan dimasukkan ke neraka.
6. Sejarah. Kisah mengenai para Nabi, orang-orang saleh maupun orang-orang yang mendurhakai Allah telah dimuat dalam Al Quran yang dapat kita ambil hikmahnya sebagai teladan dalam kehidupan.

2.c  Nama Lain Al Quran yaitu:

1.      Az Zikr artinya  peringatan
2.      As Syifa artinya obat/ penawar
3.      Al Huda artinya petunjuk
4.      Al Bayan artinya penjelas
5.      An Nur artinya cahaya
6.      Al Kitab artinya tulisan
7.      Al Furqan artinya pembeda
8.      Al Hakim artinya pemutus perkara




2.d Adab membaca Al Quran:

1.      Suci badan, tempat dan pakaian dari hadas dan najis
2.      Berwudu lebih dahulu
3.      Menghadap kiblat
4.      Membersihkan mulut terlebih dahulu
5.      Membaca ta’awuz (auzubillahi minasy syaitanir rajim) dan basmalah
6.      Membaca dengan tartil
8.      Tidak sambil bergurau
9.      Setelah selesai membaca tasdiq (sadaqallahul azim)

2.e Bagian-bagian Al-Qur'an

Al-Qur'an memiliki 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat, yaitu Al Baqarah , dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr , Al-Kautsar , dan An-Nashr .
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al -Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah ), kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf seperti Yaa Siin , Alif Lam Miim , Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian pinggir Al-Qur'an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub '(seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku ' , yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap ruku 'ditandai dengan huruf 'ain di sebelah pinggirnya. Surat yang panjang berisi beberapa ruku ', sedang surat yang pendek hanya berisi satu ruku'. Nisf Al-Qur'an (merek pertengahan Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19 pada lafalwalyatalattaf yang artinya: "harus ia berlaku lemah lembut ".

2.f Sejarah Turunnya Al-Qur'an

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara lain:

  1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
  2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
  3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemericing lonceng.
    Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
  4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.




3. Arti dan Fungsi Hadist

3.a Latar Belakang
Islam sebagai agama mempunyai makna bahwa Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia dimana saja berada sebagai pedoman hidup baik bagi kehidupan duniawi maupun bagi kehidupan sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan aturan bagaimana caranya berhubungan dengan Tuhan atau Khaliqnya, serta aturan bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluq, termasuk di dalamnya persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup. Dalam perkembangan selanjutnya, dalam mengemban tugas ini, manusia memerlukan suatu tuntunan dan pegangan agar dalam mengolah alam ini mempunyai arah yang jelas dan tidak bertentang dengan kehendak Allah SWT. Islam sebagai ajaran agama yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah satu pegangan dan tuntunan bagi manusia itu sendiri dalam mengarungi kehidupan ini.
Alloh SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benara agar mereka bahagia dunia dan akhirat. Rosululloh lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam, petunjuk yang benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’ (seruan Alloh sebagai pembuat hukum) baik yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan Hadits, maupun ketetapan yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut) seperti hadits yang bukan tergolong mutawatir.
Dengan latar belakang di atas maka penulis mencoba memaparkan tentang Hadits dan fungsinya serta kewajiban umat manusia terhadap Hadits.
3.b Pengertian Hadits
Pengertian Hadits dapat diartikan menurut dua cara yakni menurut bahasa dan menurut terminoligi. Hadits menurut bahasa terdiri dari beberapa arti, yaitu :
1. Jadid yang berarti baru
2. Qarid yang artinya dekat, dan
3. Khabar yang artinya berita
Sedangkan pengertian hadits secara terminologis adalah :
“Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan sebagainya”.
(Ilmu Tafsir dan Hadits IAIN Sunan Ampel, CV, Aneka Bahagia Surabaya 1993. Hal : 41).
Seperti disebutkan di atas, bahwa definisi ini memuat empat elemen, yaitu perkataan, perbuatan, pernyataan, dan sifat-sifat lain. Secara lebih jelas dari ke empat elemen tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1. Perkataan
Yang dimaksud dengan perkataan adalah segala perkataan yang pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam berbagai bidang, seperti bidang syariah, akhlaq, aqidah, pendidikan dan sebagainya.
2. Perbuatan
Perbuatan adalah penjelasan-penjelasan praktis Nabi Muhammad SAW terhadap peraturan-peraturan syara’ yang belum jelas teknis pelaksanaannya. Seperti halnya jumlah rakaat, cara mengerjakan haji, cara berzakar dan lain-lain. Perbuatan nabi yang merupakan penjelas tersbut haruslah diikuti dan dipertegas dengan sebuah sabdanya.
3. Taqrir
Taqrir adalah keadaan beliau yang mendiamkan atau tidak mengadakan sanggahan dan reaksi terhadap tindakan atau perilaku para sahabatnya serta menyetujui apa yang dilakukan oleh para sahabatnya itu.
4. Sifat, Keadaan dan Himmah Rasululloh
Sifat-sifat, dan keadaan himmah Nabi Muhammad SAW adalah merupakan komponen Hadits yang meliputi :
- Sifat-sifat Nabi yang digambarkan dan dituliskan oleh para sahabatnya dan dan para ahli sejarah baik mengenai sifat jasmani ataupun moralnya
- Silsilah (nasab), nama-nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh para sejarawan
- Himmah (keinginan) Nabi untuk melaksanakan suatu hal, seperti keinginan beliau untuk berpuasa setiap tanggal 9 Muharram.
3.c Al-Hadis ( Arti dan Fungsinya )
Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni sebagai berikut :
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam. Hadis atau sunnah yang dihimpun kini dalam kitab-kitab hadis (al-Hadis), terdiri dari ucapan (qaul), perbuatan (fi’il) dan sikap diam nabi tanda setuju (taqrir atau sukut). Orang-orang yang mengumpulkan sunnah nabi (dalam kitab-kitab hadis) menyelusuri seluruh jalur riwayat ucapan, perbuatan dan sikap diam nabi. Hasilnya di kalangan Sunni terdapat enam kumpulan hadis, yang utama ialah yang dikumpulkan oleh Bukhari dan Muslim yang mendapat pengakuan di kalangan Sunni (ahlul sunnah wal jama’aah) sebagai sumber ajaran Islam kedua (utama) sesudah kitab suci al-Quran.
Di kalangan Syi’ah juga terjadi proses serupa, tetapi disamping ucapan-ucapan nabi melalui keluarganya, ditambahkan lagi dengan Pendidikan Agama Islam – Hal 5
ucapan para Imam Syi’ah yang menjelaskan arti petunjuk nabi itu menjadi bagian kumpulan hadis. Kitab-kitab hadis (al-Hadis), baik di kalangan Sunni maupun Syi’i adalah sumber pengetahuan yang monumental bagi Islam, sekaligus menjadi penafsir dan bagian yang komplementer terhadap al-Quran.
ucapan para Imam Syi’ah yang menjelaskan arti petunjuk nabi itu menjadi bagian kumpulan hadis. Kitab-kitab hadis (al-Hadis), baik di kalangan Sunni maupun Syi’i adalah sumber pengetahuan yang monumental bagi Islam, sekaligus menjadi penafsir dan bagian yang komplementer terhadap al-Quran.

4.     Ro’yu yang dilaksanakan Ijtihad
Ijtihad (Arabاجتهاد) adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
Oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.




4.a Jenis-jenis ijtihad
Ijma'
Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
Qiyâs artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
Beberapa definisi qiyâs (analogi)
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan diantara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan diantaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).

Istihsân:

1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.
Maslahah murshalah Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.
Sududz Dzariah Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentinagn umat.
Istishab Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya.
Urf Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

3.a. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuannya, untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan didunia ini dan kebahagiaan diakhirat kelak. Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran, Al-Hadist mempunyai fungsi menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam al-Qur’an, sebagai Musyar’I (pembuat syariat). Dan Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga yang memuat tambahan atau sumber pengembangan.















DAFTAR PUSTAKA

Dr. Kaelany HD., MA (Februari 2009). BAB 7,  Sumber Ajaran Islam Islam Agama Universal (Edisi Revisi), MIDADA RAHMA PRESS, , hlm.131-150

Tidak ada komentar:

Posting Komentar