Selasa, 10 Desember 2013

1st Agama Kelompok 5 - Tugas Nabi & Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan nikmat kesehatan dan hikmat kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Makalah berjudul “Tugas Nabi & Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar”, disusun untuk memenuhi tugas Agama, program studi Teknik Informatika, STMIK IKMI Cirebon.
Kami ucpkan banyak terima kasih kepada bapak Maskuri, S.Ag selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan kepada teman-teman program studi Teknik Informatika, kelompok 2, 1-TI-G1/G2.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan di kemudian hari. Semoga makalh ini bermanfaat bagi kita semua.


Cirebon, 13 November 2013


Kelompok 2 1-TI-G1/G2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I        PENDAHULUAN.........................................................      1
                1.1 Latar Belakang ....................................................      1
                1.2 Topik Pembahasan ..............................................      2  
                1.3 Tujuan Penulisan Makalah .....................................      2
                1.4 Manfaat Penulisan ...............................................      2
BAB II       PEMBAHASAN ..........................................................      3
                2.1 Iman Kepada Rasul ..............................................      3
                2.2 Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah .......      8
                2.3 Qada & Qadar .....................................................      10
BAB III      PENUTUP
                3.1 Kesimpulan .........................................................      21
                3.2 Saran ................................................................      21
DAFTAR PUSAKA ......................................................................      22


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Makalah ini di buat atas dasar tugas yang diberikan Dosen Agama Islam agar kita lebih mengenal akan adanya dan akan “Tugas Nabi & Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar”. Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an, kita dapat memahami bahwa Nabi dan Rasul adalah sama-sama manusia laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Inti ajaran yang dibawa oleh nabi maupun rasul Allah adalah sama, yaitu ajaran Tauhid atau meng-Esakan Allah SWT. Arti iman kepada bani dan rasul adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah mengutus diantara manusia pilihannya untuk menyampaikan wahyu/risalah kepada umatnya.
Allah SWT menjadikan hidup dan mati sebagai ujian bagi manusia sehingga dapat diketahui siapakah dari mereka yang paling baik dan sesuai amalnya di hadapan Allah SWT. Dari sini kita meyakini bahwa kehidupan dunia tidak bisa dan tidak akan terpisahkan dari kehidupan akhirat. Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan aktivitas—baik kecil apalagi yang besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan setelah kehidupan ini, yaitu Hari Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal.
Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam.
1.2        Topik Pembahasan
Pada makalah ini kami akan membahas tentang:
1.   Tugas Nabi & Rasul
2.   Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah
3.   Qada dan Qadar


1.3        Tujuan Penulisan makalah
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Maskuri S.Ag serta untuk menjelaskan tentang Tugas Nabi & Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar.

1.4        Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar menjadi bahan masukan dan pembelajaran bagi para pembaca khususnya bagi para mahasiswa STMIK IKMI Cirebon, tentang apa dan bagaimana peranan Tugas Nabi & Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar.





BAB II
PEMBAHASAN

A.  IMAN KEPADA RASUL

1.   Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah sama-sama manusia laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Namun demikian antara nabi dan rasul berbeda, yaitu :
·         Nabi adalah manusia laki-laki yang dipilih Allah SWT untuk menerima wahyu-Nya tetapi tidak diperintah untuk menyampaikan kepada umatnya.
·         Rasul adalah manusia yang dipilih Allah untuk menerima wahyu-Nya dan berkewajiban untuk menyampaikan dan mengajarkannya kepada umat manusia.
Inti ajaran yang dibawa oleh nabi maupun rasul Allah adalah sama, yaitu ajaran Tauhid atau meng-Esakan Allah SWT. Arti iman kepada bani dan rasul adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah mengutus diantara manusia pilihannya untuk menyampaikan wahyu/risalah kepada umatnya. Risalah tersebut berisi tuntunan/bimbingan kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.
An-Nahl 36.PNGFirman Allah SWT :



Artinya :
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl : 36)
Dalam menyampaikan risalah Allah SWT, kadangkala para rasul harus berhadapan dengan orang-orang yang merintanginya bahkan memusuhinya. Untuk mengatasi hal tersebut maka Allah SWT memberi mu’jizat kepada nabi dan rasul yang berfungsi untuk menguatkan keberadaan mereka dan melemahkan orang-orang yang menentangnya.  Yang dimaksud Mu’jizat adalah keadaan/kejadian luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada para nabi dan rasul untuk mengalahkan/melemahkan orang-orang yang menentangnya, serta merupakan bukti kebenaran atas risalah yang dibawanya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa - 170 :

Artinya:
“(membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa : 170)
Nabi dan rasul jumlahnya sangat banyak, dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya secara pasti. Adapun nama-nama nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an berjumlah 25 orang. Dari 25 Nabi dan Rasul tersebut, 5 diantaranya mendapat gelar atau sebutan Rasul Ulul Azmi, yaitu rasul yang memiliki ketabahan dan keuletan yang luar biasa dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya dari Allah SWT.
B.  Tugas Nabi dan Rasul
Tugas pokok yang diberikan Allah SWT kepada para nabi dan rasul sejak dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW adalah :
     i.        Memberi kabar gembira bagi orang-orang yang mentaati risalah-Nya.
    ii.        Membimbing umatnya ke jalan yang benar sehingga memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
  iii.        Memberi peringatan kepada orang-orang yang mengingkari-nya.
Allah SWT berfirman :
Artinya :
“Dan tidaklah Kami mengutus Para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan Mengadakan perbaikan, Maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-An’am : 48)
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Al-Fathir : 24)

  iv.        Menyampaikan ajaran tauhid/meng-Esakan Allah.
Firman Allah SWT :
Artinya  :    
"Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (setan) itu”. (QS. An-Nahl : 36)


C.  Fungsi Iman Kepada Nabi dan Rasul

Adapun fungsi iman kepada Nabi dan Rasul adalah :
     i.        Menambah keimanan kepada Allah SWT, bahwa Rasul itu benar-benar pilihan Allah.
    ii.        Mengenal Allah SWT dan tata cara beribadah kepada-Nya.
  iii.        Mendorong manusia untuk memiliki kepribadian yang luhur dengan cara menjadikan Rasulullah sebagai “Uswatun Hasanah”
  iv.        Mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa Rasul Allah untuk disampaikan kepada umatnya.
   v.        Mengamalkan ajaran yang diberikan oleh Rasulullah

 
B.      PERTANGGUNG JAWABAN MANUSIA DI HADAPAN ALLAH

Dari Abi Barzah al-Aslamy berkata: Rasul SAW bersabda:
“Tidak akan bergerak kaki seseorang pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang ilmunya untuk apa ia mengamalkannya, tentang hartanya dari mana dihasilkan dan untuk apa saja ia infakkan dan tentang jasadnya untuk apa ia gunakan” (HR Tirmidzi)

Allah SWT menjadikan hidup dan mati sebagai ujian bagi manusia sehingga dapat diketahui siapakah dari mereka yang paling baik dan sesuai amalnya di hadapan Allah SWT. Dari sini kita meyakini bahwa kehidupan dunia tidak bisa dan tidak akan terpisahkan dari kehidupan akhirat. Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan aktivitas—baik kecil apalagi yang besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan setelah kehidupan ini, yaitu Hari Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal. Maka, setiap jiwa akan dihadapkan ke “mahkamah” Allah Yang Maha adil untuk mempertanggungjawabkan setiap yang dilakukan di masa hidupnya di dunia. Ia akan menghadapinya sendirian; tidak ditemukan lagi jual-beli, apalagi kolusi dan kongkalingkong untuk mengelabui Rabbul- Jalil Allah SWT. Semua yang telah dilakukan di dunia akan tercatat secara detail, terdeteksi dengan akurat dan cermat.
Barangsiapa yang melakukan kebaikan sekecil apa pun, dia akan mendapatkannya dalam catatan kebaikan, dan pasti mendapatkan balasan sesuai dengan sifat Allah yang Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dari Ibnu Mas’ud ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap anugerah yang Allah berikan kepada kita, sebagai sarana untuk menunaikan misi dan fungsi manusia di muka bumi ini sebagai penta’mir bumi bukan semata-mata pemberian yang lepas dari tanggung jawab, melainkan semua itu harus kita pertanggungjawabkan di hadapan mahkamah Allah Yang Maha adil pada hari pembalasan.



C.      QADA  DAN QADAR

1.     PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam.
Rasulullah bersabda :
 “Iman adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada takdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim)

Allah berfirman :


Artinya :
“Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu, melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadiid:22) 

2.     MACAM-MACAM TAKDIR
Takdir terbagi menjadi dua bagian,yakninya:
a.   Takdir Mu’allaq
Takdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman :
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu  kaum sehingga mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh :
i.     Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras


Allah berfirman :
Artinya :
“Dan katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah: 105)

ii.            Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat
Rasulullah SAW bersabda:
“Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” (H.R. Tabrani)
iii.          Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah berfirman :
Artinya :
“Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.”  (Al-Mu’minun ayat 60)



b.   Taqdir Mubram
Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya. Contohnnya nasib manusia,lahir, kematian, jodoh dan rizkinya,terjadinya kiamat.dan sebagainya. Qada’ & qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang mengetahui hal tersebut.

3.     FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR ALLAH SWT
Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
a.   Mempunyai semangat ikhtiar
Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang murid akan bekerja keras agar biasa sukses,pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:

Artinya:
“Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (Q.S.An-Najm)

b.   Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan percaya qada’ dan qadar,manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan,penderitaan,kesakitan dan kesensaraan. Cobaan harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

Artinya:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan,’’kami telah beriman,”dan mereka tidak di uji” (Q.S.AL-Ankabut)
c.   Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:

Artinya:
“Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’.(Q.S. Albaqarah)

d.   Tawakal
Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama, tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha.  Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah SWT bkan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar berdasarkan kemampuan maksimal.

4.     Ciri-ciri Orang yang  Beriman Kepada Qada’ dan Qadar
a.     Qana’ah dan Kemuliaan Diri
Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
b.   Cita-Cita Yang Tinggi
Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
c.   Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya.
Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
d.   Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.

5.     HIKMAH ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a.   Banyak Bersyukur dan Bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian. Firman Allah:
Artinya:
”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl: 53).
b.   Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
Artinya: “
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS.Yusuf ayat 87)
c.   Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman Allah:
 
Artinya :
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al- Qashas ayat 77)

d.   Jiwanya Tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman:
Artinya :
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.” (QS. Al-Fajr ayat 27-30)

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Kita dapat paham bahwa Nabi dan Rasul adalah sama-sama manusia laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Inti ajaran yang dibawa oleh nabi maupun rasul Allah adalah sama, yaitu ajaran Tauhid atau meng-Esakan Allah SWT.
Allah SWT menjadikan hidup dan mati sebagai ujian bagi manusia sehingga dapat diketahui siapakah dari mereka yang paling baik dan sesuai amalnya di hadapan Allah SWT. Dari sini kita meyakini bahwa kehidupan dunia tidak bisa dan tidak akan terpisahkan dari kehidupan akhirat. Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan aktivitas—baik kecil apalagi yang besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan setelah kehidupan ini, yaitu Hari Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal.
Qada’ dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam.
3.2    Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia. Karena itu sebagai mahasiswa marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formal maupun informal. Sebagai manusia hendaknya berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan sehingga kita bisa mendapat dan mencapai keridhaan Allah SWT (Amin).

DAFTAR PUSAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya
Hadist Sahih Rasulullah SAW
Bazir,Mulyono,2007.LKS Pendidikan Agama Islam.Jawa Tengah: CV. Media Karya Putra
http://riski2989.blogspot.com/201s0/03/iman-kepada-qada-dan-qadar-allh-awt.html
Google.com





Tidak ada komentar:

Posting Komentar