KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan hikmat kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Makalah
berjudul “Tugas Nabi & Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah
Dan Qada & Qadar”, disusun untuk memenuhi tugas Agama, program studi Teknik
Informatika, STMIK IKMI Cirebon.
Kami
ucpkan banyak terima kasih kepada bapak Maskuri, S.Ag selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan kepada teman-teman program studi Teknik Informatika,
kelompok 2, 1-TI-G1/G2.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran sangat diharapkan demi perbaikan di kemudian hari. Semoga makalh ini
bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon,
13 November 2013
Kelompok
2 1-TI-G1/G2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN......................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................... 1
1.2 Topik Pembahasan .............................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ..................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN .......................................................... 3
2.1 Iman Kepada Rasul .............................................. 3
2.2 Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah ....... 8
2.3 Qada & Qadar ..................................................... 10
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................... 21
3.2 Saran ................................................................ 21
DAFTAR
PUSAKA ...................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Makalah ini di buat atas dasar tugas yang diberikan Dosen
Agama Islam agar kita lebih mengenal akan adanya dan akan “Tugas Nabi &
Rasul, Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar”.
Dengan mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an, kita dapat memahami bahwa Nabi
dan Rasul adalah sama-sama manusia laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Inti ajaran yang dibawa
oleh nabi maupun rasul Allah adalah sama, yaitu ajaran Tauhid atau meng-Esakan
Allah SWT. Arti iman kepada bani dan rasul adalah mempercayai dan meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah mengutus diantara manusia pilihannya
untuk menyampaikan wahyu/risalah kepada umatnya.
Allah SWT menjadikan hidup dan mati sebagai
ujian bagi manusia sehingga dapat diketahui siapakah dari mereka yang paling
baik dan sesuai amalnya di hadapan Allah SWT. Dari sini kita meyakini bahwa
kehidupan dunia tidak bisa dan tidak akan terpisahkan dari kehidupan akhirat.
Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan aktivitas—baik kecil apalagi yang
besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan setelah kehidupan ini, yaitu Hari
Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal.
Qada’
dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah
percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi
di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman
kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam.
1.2
Topik
Pembahasan
Pada makalah ini kami akan
membahas tentang:
1. Tugas Nabi & Rasul
2. Pertanggung Jawaban Manusia
Dihadapan Allah
3. Qada dan Qadar
1.3
Tujuan
Penulisan makalah
Makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bapak Maskuri S.Ag serta
untuk menjelaskan tentang Tugas Nabi & Rasul,
Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar.
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah agar menjadi bahan masukan dan pembelajaran bagi
para pembaca khususnya bagi para mahasiswa STMIK IKMI Cirebon, tentang apa dan
bagaimana peranan Tugas Nabi & Rasul,
Pertanggung Jawaban Manusia Dihadapan Allah Dan Qada & Qadar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IMAN KEPADA RASUL
1.
Pengertian Iman Kepada
Nabi dan Rasul
Nabi
dan Rasul adalah sama-sama manusia laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT.
Namun demikian antara nabi dan rasul berbeda, yaitu :
·
Nabi adalah manusia
laki-laki yang dipilih Allah SWT untuk menerima wahyu-Nya tetapi tidak
diperintah untuk menyampaikan kepada umatnya.
·
Rasul adalah manusia yang
dipilih Allah untuk menerima wahyu-Nya dan berkewajiban untuk menyampaikan dan
mengajarkannya kepada umat manusia.
Inti
ajaran yang dibawa oleh nabi maupun rasul Allah adalah sama, yaitu ajaran
Tauhid atau meng-Esakan Allah SWT. Arti iman kepada bani dan rasul adalah
mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah mengutus
diantara manusia pilihannya untuk menyampaikan wahyu/risalah kepada umatnya.
Risalah tersebut berisi tuntunan/bimbingan kepada manusia untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.
Firman
Allah SWT :
Artinya
:
“Dan
sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).” (QS. An-Nahl : 36)
Dalam
menyampaikan risalah Allah SWT, kadangkala para rasul harus berhadapan dengan
orang-orang yang merintanginya bahkan memusuhinya. Untuk mengatasi hal tersebut
maka Allah SWT memberi mu’jizat kepada nabi dan rasul yang berfungsi untuk
menguatkan keberadaan mereka dan melemahkan orang-orang yang menentangnya. Yang dimaksud Mu’jizat adalah
keadaan/kejadian luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada para nabi dan rasul
untuk mengalahkan/melemahkan orang-orang yang menentangnya, serta merupakan
bukti kebenaran atas risalah yang dibawanya.
Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa - 170 :
Artinya:
“(membawa)
kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu.
dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun)
karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah.
Dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa : 170)
Nabi
dan rasul jumlahnya sangat banyak, dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya
secara pasti. Adapun nama-nama nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an
berjumlah 25 orang. Dari 25 Nabi dan Rasul tersebut, 5 diantaranya mendapat
gelar atau sebutan Rasul Ulul Azmi, yaitu rasul yang memiliki ketabahan dan
keuletan yang luar biasa dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya dari
Allah SWT.
B. Tugas Nabi dan Rasul
Tugas
pokok yang diberikan Allah SWT kepada para nabi dan rasul sejak dari Nabi Adam
AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW adalah :
i.
Memberi kabar gembira bagi
orang-orang yang mentaati risalah-Nya.
ii.
Membimbing umatnya ke
jalan yang benar sehingga memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
iii.
Memberi peringatan kepada
orang-orang yang mengingkari-nya.
Allah
SWT berfirman :
Artinya
:
“Dan
tidaklah Kami mengutus Para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira
dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan Mengadakan perbaikan, Maka
tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS.
Al-An’am : 48)
Pada
ayat yang lain Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun
melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Al-Fathir : 24)
iv.
Menyampaikan ajaran
tauhid/meng-Esakan Allah.
Firman
Allah SWT :
Artinya :
"Dan
sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (setan) itu”. (QS. An-Nahl :
36)
C. Fungsi Iman Kepada Nabi
dan Rasul
Adapun
fungsi iman kepada Nabi dan Rasul adalah :
i.
Menambah keimanan kepada
Allah SWT, bahwa Rasul itu benar-benar pilihan Allah.
ii.
Mengenal Allah SWT dan
tata cara beribadah kepada-Nya.
iii.
Mendorong manusia untuk
memiliki kepribadian yang luhur dengan cara menjadikan Rasulullah sebagai
“Uswatun Hasanah”
iv.
Mempercayai ajaran-ajaran
yang dibawa Rasul Allah untuk disampaikan kepada umatnya.
v.
Mengamalkan ajaran yang
diberikan oleh Rasulullah
B. PERTANGGUNG JAWABAN MANUSIA DI HADAPAN ALLAH
Dari
Abi Barzah al-Aslamy berkata: Rasul SAW bersabda:
“Tidak
akan bergerak kaki seseorang pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya
untuk apa dihabiskan, tentang ilmunya untuk apa ia mengamalkannya, tentang
hartanya dari mana dihasilkan dan untuk apa saja ia infakkan dan tentang
jasadnya untuk apa ia gunakan” (HR Tirmidzi)
Allah
SWT menjadikan hidup dan mati sebagai ujian bagi manusia sehingga dapat
diketahui siapakah dari mereka yang paling baik dan sesuai amalnya di hadapan
Allah SWT. Dari sini kita meyakini bahwa kehidupan dunia tidak bisa dan tidak
akan terpisahkan dari kehidupan akhirat. Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan
aktivitas—baik kecil apalagi yang besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan
setelah kehidupan ini, yaitu Hari Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal.
Maka, setiap jiwa akan dihadapkan ke “mahkamah” Allah Yang Maha adil untuk
mempertanggungjawabkan setiap yang dilakukan di masa hidupnya di dunia. Ia akan
menghadapinya sendirian; tidak ditemukan lagi jual-beli, apalagi kolusi dan
kongkalingkong untuk mengelabui Rabbul- Jalil Allah SWT. Semua yang telah
dilakukan di dunia akan tercatat secara detail, terdeteksi dengan akurat dan
cermat.
Barangsiapa
yang melakukan kebaikan sekecil apa pun, dia akan mendapatkannya dalam catatan
kebaikan, dan pasti mendapatkan balasan sesuai dengan sifat Allah yang
Ar-Rahman dan Ar-Rahim.
Hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dari Ibnu Mas’ud ini menjelaskan kepada kita
bahwa setiap anugerah yang Allah berikan kepada kita, sebagai sarana untuk
menunaikan misi dan fungsi manusia di muka bumi ini sebagai penta’mir bumi bukan
semata-mata pemberian yang lepas dari tanggung jawab, melainkan semua itu harus
kita pertanggungjawabkan di hadapan mahkamah Allah Yang Maha adil pada hari
pembalasan.
C. QADA DAN QADAR
1. PENGERTIAN
BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Iman
adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa
artinya Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya
yang bersifat Azali. Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya
keberadaan atau kelahiran mahluk. Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa
berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau
timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar dalam keseharian
sering kita sebut dengan takdir. Jadi,
Iman kepa qada’ dan qadar adalah percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang
terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya ini, semuangnya telah
ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan qadar termasuk
rukun iman yang keenam.
Rasulullah
bersabda :
“Iman adalah kamu percaya kepada allah, para
malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu percaya kepada
takdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim)
Allah
berfirman :
Artinya
:
“Tiadalah
suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu, melainkan dahulu
sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadiid:22)
2. MACAM-MACAM
TAKDIR
Takdir
terbagi menjadi dua bagian,yakninya:
a.
Takdir Mu’allaq
Takdir
mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan dapat
berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman :
Artinya
:
“Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum sehingga mereka itu mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh
:
i.
Miskin bisa jadi kaya,
lantaran bekerja keras
Allah
berfirman :
Artinya
:
“Dan
katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan Rasulnya serta
orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah: 105)
ii.
Bodoh Menjadi Pintar ,
lantaran mau belajar giat
Rasulullah
SAW bersabda:
“Belajarlah
kamu sekalian, ajarkanlah bertawakal kamu kepada guru, serta lemah lembutlah
kamu kepada murid.” (H.R. Tabrani)
iii.
Orang sakit bisa menjadi
sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah
berfirman :
Artinya
:
“Berdoalah
kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat 60)
b.
Taqdir Mubram
Takdir
mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya.
Contohnnya nasib manusia,lahir, kematian, jodoh dan rizkinya,terjadinya
kiamat.dan sebagainya. Qada’ & qadar Allah SWT yang berhubungan dengan
nasib manusia adalah rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar.
Kapan manusia lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa
anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup
manusia seperti itu sudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum
terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang
mengetahui hal tersebut.
3. FUNGSI
BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR ALLAH SWT
Beriman
kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Diantaranya:
a.
Mempunyai semangat ikhtiar
Ikhtar
artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan
akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang
murid akan bekerja keras agar biasa sukses,pedagang akan hidup hemat agar
usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Dan
bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya usahanya
itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).” (Q.S.An-Najm)
b.
Mempunyai sifat sabar
dalam menghadapi cobaan
Dengan
percaya qada’ dan qadar,manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian
yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh
pendirian,berani menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada
kesulitan. Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau
pedoman hidup,berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi
cobaan,penderitaan,kesakitan dan kesensaraan. Cobaan harus dihadapi dengan
tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada
kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya:
“Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan,’’kami telah
beriman,”dan mereka tidak di uji” (Q.S.AL-Ankabut)
c.
Sabar bahwa cobaan adalah
qada’dan qadar dari Allah SWT
Segala
yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan
kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
Artinya:
“Yaitu
orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi
rajiun’.(Q.S. Albaqarah)
d.
Tawakal
Tawakal
menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama,
tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau
menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha.
Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya menyandarkan diri kepada Allah
SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini, tawakal kepada Allah
SWT bkan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak, melaikan
penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar
berdasarkan kemampuan maksimal.
4. Ciri-ciri
Orang yang Beriman Kepada Qada’ dan
Qadar
a. Qana’ah
dan Kemuliaan Diri
Seseorang
yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan
bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki
itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak
dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa
seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya
dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan
baginya. Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan,
kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan
kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut tidak berarti bahwa
jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah
ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari
kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
b.
Cita-Cita Yang Tinggi
Maksud
dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari
perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya
dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan
kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar
membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari
kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
c.
Bertekad dan
Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
Orang
yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya,
memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala
kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada
hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan,
keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk
melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan
mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk
menggapainya.
Bersikap
Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
Iman
kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia
dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam.
Orang-orang
yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan
dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya
sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan
hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang
semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak
disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat
mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan
kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya.
Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang
besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh
kegembiraan dan harapan yang baik.
d.
Selamat Dari Kedengkian
dan Penentangan
Iman
kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di
mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad
yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas
karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah
yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari
siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya,
berarti dia menentang ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar,
maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap
hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya
yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada
Allah semata.
5. HIKMAH
ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
Dengan
beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain:
a.
Banyak Bersyukur dan
Bersabar
Orang
yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia
akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian. Firman Allah:
Artinya:
”dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ”(
QS. An-Nahl: 53).
b.
Menjauhkan Diri dari Sifat
Sombong dan Putus Asa
Orang
yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri.
Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:
Artinya:
“
Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS.Yusuf ayat 87)
c.
Bersifat Optimis dan Giat
Bekerja
Manusia
tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu. Firman Allah:
Artinya
:
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al- Qashas ayat
77)
d.
Jiwanya Tenang
Orang
yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam
hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah SWT berfirman:
Artinya
:
“Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam
sorga-Ku.” (QS. Al-Fajr ayat 27-30)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita
dapat paham bahwa Nabi
dan Rasul adalah sama-sama manusia laki-laki yang diberi wahyu oleh Allah SWT. Inti ajaran yang dibawa
oleh nabi maupun rasul Allah adalah sama, yaitu ajaran Tauhid atau meng-Esakan
Allah SWT.
Allah SWT menjadikan hidup dan mati sebagai
ujian bagi manusia sehingga dapat diketahui siapakah dari mereka yang paling
baik dan sesuai amalnya di hadapan Allah SWT. Dari sini kita meyakini bahwa
kehidupan dunia tidak bisa dan tidak akan terpisahkan dari kehidupan akhirat.
Setiap ucapan, gagasan, perilaku, dan aktivitas—baik kecil apalagi yang
besar—akan berkaitan erat dengan kehidupan setelah kehidupan ini, yaitu Hari
Hisab (perhitungan), Hari Pembalasan Amal.
Qada’
dan Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir. Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah
percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi
di alam raya ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman
kepada qada’ dan qadar termasuk rukun iman yang keenam.
3.2 Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia. Karena itu sebagai mahasiswa marilah
kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan
formal maupun informal. Sebagai
manusia hendaknya berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan sehingga kita bisa
mendapat dan mencapai keridhaan Allah SWT (Amin).
DAFTAR PUSAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya
Hadist Sahih Rasulullah SAW
Bazir,Mulyono,2007.LKS
Pendidikan Agama Islam.Jawa Tengah: CV. Media Karya Putra
http://riski2989.blogspot.com/201s0/03/iman-kepada-qada-dan-qadar-allh-awt.html
Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar