MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(
1-IT-G1/G2 )
AKIDAH DAN AKHLAK
Dosen Pembimbing:
Maskuri, S.Ag
Oleh:
-
|
Sucipto
|
-
|
Alim fattahillah
|
-
|
Yati
|
-
|
Husein Fichry
|
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
STKMIK IKMI CIREBON
2013
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan, makalah ini merupakan syarat untuk
melengkapi nilai tugas mata kuliah pendidikan agama.
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta
bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan
dan kesalahan, baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa
mengenai materi ini. Juga menjadikan pedoman untuk bertindak dan bertingkah
laku baik, dan menuruti syariat agama islam, Sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar...........................................................................................................................
2
Daftar
isi...................................................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN
Latar
Belakang............................................................................................................................. 4
Tujuan........................................................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Akhlak............................................................................................................... 5
Akhlak yang Berhubungan dengan ALLAH SWT............................................................. 5
Akhlak terhadap diri
sendiri................................................................................................
6
Akhlak terhadap
keluarga....................................................................................................
7
Akhlak terhadap masyarakat dan
Lingkungan..................................................................... 7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan...........................................................................................................................
9
Saran.....................................................................................................................................
9
Daftar
Pustaka.......................................................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak
lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir
berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut
akhalak yang tercela sesuai dengan pembinaannya. Jadi akhlak pada hakikatnya
khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai
macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji
menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.
Mengejar nilai
materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan yang
hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang hebat, karena orientasi hidup
manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain, asalkan materi yang
dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak
sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk mengendalikan segala
perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan hidupnya.
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Pengertian
Akidah Akhlak
2. Akhlak
Yang Berhubungan Dengan Allah SWT
3. Akhlak
Diri Sendiri (Pribadi)
4. Akhlak
terhadap keluarga
5. Akhlak
terhadap masyarakat dan Akhlak terhadap alam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Akidah Akhlak
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab
yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan
perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan
bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang
membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan
yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang
wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan
yang mengikat.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab,
yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang artinya tingkah laku, perangai
tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan
sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan
dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut
pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul
karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu
berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela
atau akhlakul madzmumah.
B. Akhlak
yang Berhubungan dengan ALLAH SWT
Adapun tindak kesyirikan, kekafiran, bid’ah,
menyembelih hewan untuk tumbal, menyediakan kembang dan kemenyan untuk sesaji,
membaca zodiac dan ramalan bintang dan mempercayainya, menyia-nyiakan shalat
dan ibadah lainnya, dianggap oleh mereka sebagai perkara pribadi yang tak perlu
dipermasalahkan dan tak sepantasnya mendapat teguran, karena menyangkut hak
asasi manusia yang menuntut untuk dihargai privasinya. Mereka menilai bahwa
teguran hanyalah untuk pelaku tindak kriminal, koruptor dan orang yang
mengambil hak orang lain atau orang yang menyakiti tetangga.
Padahal, akhlak mulia merupakan aset berharga yang
seharusnya diterapkan pula dalam hal hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Bahkan, hendaknya mereka sadar bahwa dampak kesyirikan yang diremehkan sebagai
bentuk akhlak buruk kepada Allah Sang Pencipta adalah tidak adanya
ampunan Allah untuk mereka, kecuali jika mereka bertaubat. Tidak mendapat ampunan
Allah berarti kita akan dimasukkan ke dalam neraka yang penuh derita dan duka
yang kekal selamanya. Sebagaimana firman-Nya, yang artinya:
“sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain
syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisaa: 116).
“Kaum mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka.” (HR. At Tirmidzi).
Dengan demikian, hendaknya kita bersemangat dan
berusaha menghiasi diri dengan akhlak mulia dalam dua aspek tersebut. Hal itu
disebabkan,
“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian hingga
ia mencintai untuk saudaranya, sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (terj.
HR. Bukhari dan Muslim).
Terkait akhlak mulia kepada khaliq, hendaknya tercakup didalamnya tiga
perkara berikut:
1. Membenarkan
berita-berita dari Allaah, baik berita tersebut terdapat dalam Al Qur’an
ataupun disampaikan melalui lisan rasul-Nya yang mulia dalam hadits-haditsnya.
2. Melaksanakan
hukum-hukum-Nya, meskipun terasa berat realitanya, ketika kita harus melawan
hawa nafsu, akan tetapi hendaknya kita berakhlak mulia kepada Allah dengan
menjalankan hukum-Nya dengan lapang dada dan penuh suka cita dan bukan
mengharap penilaian manusia.
3. Sabar
dan ridha kepada takdir-Nya, kendatipun terkadang pahit dan tak menyenangkan,
hendaknya seorang insan berakhlak mulia kepada Allah dengan kesabaran menjalani
takdir tersebut karena dibalik hal itu tentunya Allah menyimpan hikmah yang
besar dan tujuan yang terpuji.
C. Akhlak
Terhadap Diri Sendiri
1. Terhadap
Fisiknya
Setiap insan, Allah berikan anugerah berupa fisik yang
sempurna. Kesempurnaan fisik manusia ini, Allah katakan sendiri dalam Al-Qur'an
(QS. 95 : 4)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.
Adapun salah satu cara dalam mensyukurinya adalah
dengan menunaikan hak yang harus diberikan pada fisik kita tersebut, yang
sekaligus merefleksikan etika kita terhadap fisik kita sendiri. Diantara hal
tersebut adalah:
a. Seimbang dalam mengkonsumsi makanan, memakan makanan yang bergizi dan bernilai baik bagi tubuh.
a. Seimbang dalam mengkonsumsi makanan, memakan makanan yang bergizi dan bernilai baik bagi tubuh.
b. Tidak melakukan hal-hal yang memberikan madharat
bagi fisik dan kesehatannya, seperti merokok menggangu kesehatan diri sendiri
dan orang lain.
c. Bersih fisik dan pakaian, seperti membersihkan
mulut dan gigi, membersihkan rambut, bersih badan, bersih pakaian, dan
berpenampilan rapi.
2. Terhadap
Akalnya
Sebagaimana fisik, akal memiliki hak yang harus kita
tunaikan. Akal juga membutuhkan 'makanan', sebagaimana fisik membutuhkannya.
Namun kebutuhan tersebut jelas berbeda dengan kebutuhan fisik. Oleh karenanya,
kita perlu memberikan porsi kepada kita, sebagaimana kita memberikannya pada
fisik. Berikut adalah diantara hal-hal yang harus kita tunaikan terhadap akal
kita: Menuntut ilmu sebagai kewajiban dan kemuliaan bagi setiap muslim,
Menuntut ilmu hingga akhir hayat, dan mempelajari bahasa asing.
3. Terhadap
Hatinya/Ruhiyahnya
Setiap muslim dituntut untuk memberikan porsi yang
sama terhadap ruhiyahnya sebagaimana ia telah memberikan pada fisik dan
akalnya. Berikut adalah beberapa hal yang patut direalisasikan seorang muslim
terhadap ruhiyahnya yaitu, Mengisi ruhiyahnya dengan ibadah, mengikatkan diri
dengan tempat-tempat dan teman yang menambah keimanan, dan memperbanyak dzikir
kepada Allah SWT.
D. Akhlak
Terhadap Keluarga
Anak-anak diajar mengenal Allah sejak usia awal
lagi, Pendidikan ini diberi kepada anak-anak secara tidak formal seperti
memberitahu anak-anak bahawa Allah yang menjadikan kita dan seluruh alam.
Selain itu ramai yang mengajar anak mereka bersolat dan pada bulan puasa ramai
yang mengajak anak mereka berpuasa ada yang berpusa penuh ataupun separuh hari.
Bahkan ada ibu bapak yang mendidik anak mereka yang masih kecil dengan
memakaikan pakaian yang menutup aurat. Ini merupakan contoh nilai-nilai akidah
yang diterapkan ibu bapak dalam masyarakat Islam hari ini kepada anak mereka
yang masih kecil.
Akhlak terhadap keluarga dapat melalui: Birrul
walidain atau berbakti kepada orang tua, adil terhadap saudara, membina dan
mendidik keluarga, memelihara keluarga.
E. Akhlak
Terhadap Masyarakat dan Akhlak Terhadap Alam
A. Akhlak
Terhadap Masyarakat
Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari
suara hati manusia. Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya.
Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani. Sanksi
yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri seperti penyesalan,
keresahan dan lain-lain.
1. Pembangunan
Moral dan Akhlak Bangsa. Keberhasilan dan kegagalan suatu negara terletak pada
sikap dan prilaku dari seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, DPR (wakil
rakyat), pengusaha, penegak hukum dan masyarakat. Apabila moral etik dijunjung
oleh bangsa kita maka tatanan kehidupan bangsa tersebut akan mengarah pada
kepastian masa depan yang baik, dan apabila sebaliknya maka keterpurukan dan
kemungkinan dari termarjinalisasi oleh lingkungan bangsa lain akan terjadi.
2. Memperbaiki
Diri Sebelum Memperbaiki Sistem. Di antara prioritas yang dianggap sangat
penting dalam usaha perbaikan (ishlah) ialah memberikan perhatian terhadap
pembinaan individu sebelum membangun masyarakat; atau memperbaiki diri sebelum
memperbaiki sistem dan institusi. Yang paling tepat ialah apabila kita
mempergunakan istilah yang dipakai oleh Al Qur'an yang berkaitan dengan
perbaikan diri ini; yaitu:
"...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri..." (QS. Ar-Ra'd: 11)
Inilah sebenarnya yang menjadi dasar bagi setiap usaha
perbaikan, perubahan, dan pembinaan sosial. Yaitu usaha yang dimulai dari
individu, yang menjadi fondasi bangunan secara menyeluruh.
3. Akhlakul
Karimah dalam Kehidupan Modern. Saat ini kita berada di tengah pusaran hegemoni
media, revolusi iptek tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan
kenyamanan hidup bagi manusia modern, melainkan juga mengundang serentetan
permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya, yang berubah
begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat didapat, kaya isi, tak
terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk dinikmati. Namun, di balik
semua itu, sangat potensial untuk mengubah cara hidup seseorang, bahkan dengan
mudah dapat merambah ke bilik-bilik keluarga yang semula sarat dengan norma
susila. Dengan otoritas yang ada pada akhlakul karimah, seorang muslim
akan berpegang kuat pada komitmen nilai. Komitmen nilai inilah yang dijadikan
modal dasar pengembangan akhlak, sedangkan fondasi utama sejumlah komitmen
nilai adalah akidah yang kokoh, Akhlak, pada hakekatnya merupakan manifestasi
akidah karena akidah yang kokoh berkorelasi positif dengan akhlakul karimah.
4. Makna
Amanah Dalam Konteks Akhlak Bangsa. Dari segi bahasa, amanah ada
hubungannya dengan iman dan aman. Artinya sifat amanah itu dasamya haruslah
pada keimanan kepada Alloh SWT, dan dampak dari sifat amanah , atau
pelaksanaan dari hidup amanah itu akan melahirkan rasa aman, rasa aman bagi
yang bersangkutan dan rasa aman bagi orang lain.
B. Akhlak
Terhadap Alam
Predikat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi,
disamping mengandung makna kewajiban manusia menegakkan hukum Tuhan di muka
bumi juga mengandung arti hak manusia mengelola alam sebagai fasilitasnya.
Apakah alam, laut, udara dan bumi memberi manfaat kepada manusia atau tidak
bergantung kepada kemampuannya mengelola alam ini. Banjir, kekeringan, tandus,
polusi dan sebagainya sangat erat dengan kualitas pengelolaan manusia atas
alam. Dalam al Qur'an, tegas disebutkan bahwa kerusakan yang nyata-nyata timbul
di daratan dan di lautan merupakan dampak dari ulah manusia yang tidak
bertanggung jawab.
Tanggungjawab artinya, setiap keputusan dan tindakan
harus diperhitungkan secara cermat implikasi-implikasi yang timbul bagi
kehidupan manusia dengan memaksimalkan kesejahteraan dan meminimalkan mafsadat
dan mudharat. Setiap keputusan mengandung implikasi-implikasi positif dan
negatif, yang mendatangkan keuntungan dan yang mendatangkan kerugian. Jika
peluangnya berimbang, maka mencegah hal yang merusak harus didahulukan atas
pertimbangan keuntungan (dar'u al mafasid muqaddamun 'al/1 jalb al masalih).
Contohnya: menebang hutan itu mudah dalam menambah keuangan negara, tetapi
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat penebangan hutan lebih berat dan
lebih mahal biaya rehabilitasinya dibanding keuntungan yang diperoleh.
Seorang pejabat publik dituntut untuk memiliki
tanggung jawab besar dalam membuat keputusan, yaknimendatangkan
sebanyak-banyaknya manfaat bagi masyarakat dan menekan sekecil mungkin resiko
yang hams dipikul orang banyak. Tanggung jawab bagi seorang pejabat publik juga
berarti ia layak memperoleh pujian dan penghormatan jika pekerjaannya baik, dan
sebaliknya ia dapat dikritik, dicaci, dipecat atau bahkan dihukum penjara jika
keputusan dirinya keliru. Pemerintah sebagai pemegang Amanah Penderitaan Rakyat
artinya Pemerinrtah dibebani tanggung jawab untuk melakukan hal-hal yang dapat
mengurangi atau bahkan menghilang kan penderitaan yang dirasakan oleh
rakyatnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab
yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan
perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat (keragu-raguan). Hendaknya kita sadar bahwa dampak kesyirikan
yang diremehkan sebagai bentuk akhlak buruk kepada Allah Sang Pencipta
adalah tidak adanya
ampunan Allah untuk mereka, kecuali jika mereka bertaubat. Akhlak terhadap diri sendiri
yaitu dengan akhlak terhadap fisiknya, akalnya dan hatinya. Akhlak terhadap
keluarga yaitu dengan berbakti kepada orang tua, adil terhadap saudara, membina
dan mendidik keluarga, dan memelihara keluarga. Akhlak terhadap Masyarakat
yaitu dengan Ukhuwa atau persaudaraan ta’wun atau tolong menolong, adil,
pemurah, penyantun, pemaaf, menepati janji, musyawarah, dan wasiat di dalam
kebenaran. Akhlak terhadap alam yaitu dengan memperhatikan dan merenungkan
penciptaan alam dan memanfaatkan alam dengan baik dan sebenar-benarnya.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah setelah
mempelajari pengertian dari akidah ini diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi
seluruh umat manusia mengenai pentingnya akidah dalam kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Mohd
Asri Zainul Abidin, 2008. Mengemudi Bahtera Perubahan Minda. Kuala
Lumpur : Utusan Publication and distributors sdn. bhd.
Abdul
Latif Muda dan Rosmawati Ali @ Mat Zin, 1998. Pengantar Ilmu
Tauhid. Kuala Lumpur : Pustaka Salam.
Yusuf
Al-Qaradhawi, 1977. Ibadah Dalam Islam. Kuala Lumpur : Yayasan
Dakwah Islamiah Malaysia.
http://www.islam.gov.my/
Tithlon® titanium dog teeth implants - Titanium Art
BalasHapusTithlon® titanium dog teeth implants · The Tithlon® titanium dog teeth · titanium necklace Tithlon® ford titanium titanium dog teeth · Tithlon® ceramic vs titanium flat iron titanium babyliss pro nano titanium hair dryer dog teeth · Tithlon® titanium titanium (iv) oxide dog teeth · Tithlon®
n771d1wpdau616 vibrators,vibrating dildos,Discreet Vibrators,Panty Vibrators,dog dildo,dog dildo,wholesale sex toys,vibrators,dildos q235j7wwowv917
BalasHapus